Sebuah kisah dari wilayah barat daya China viral di media sosial setelah dua bersaudara menemukan fakta mengejutkan mengenai batu-batu di pekarangan rumah mereka. Sekian lama, batu-batu tersebut hanya dianggap lempengan biasa yang diletakkan di pintu masuk rumah.
Baru-baru ini, para ilmuwan mengungkapkan bahwa permukaan batu tersebut ternyata menyimpan fosil jejak kaki dinosaurus yang diperkirakan berusia hampir 190 juta tahun. Penemuan ini memicu minat baru mengenai bagaimana jejak purba bisa luput dari perhatian di lingkungan sehari-hari.
Menurut South China Morning Post yang dikutip detikINET, kisah ini bermula tahun 1998 ketika Ding bersaudara dari desa Wuli di provinsi Sichuan menemukan beberapa batu pipih saat menambang. Mereka melihat tanda-tanda yang mengingatkan pada ceker ayam, namun tak terlalu memikirkannya dan menggunakan batu-batu itu sebagai pijakan kaki.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Desa mereka terletak di kota Zigong, yang sering dijuluki sebagai rumah dinosaurus di Cekungan Sichuan. Wilayah ini menarik perhatian ilmiah tahun 1970-an dan 1980-an sebagai situs fosil dinosaurus, tempat banyak penemuan penting terjadi hingga akhirnya didirikan sebuah museum dinosaurus.
Ketertarikan terhadap batu-batu tersebut muncul kembali pada tahun 2017 ketika putri salah satu dari dua bersaudara itu mengunggah foto ke internet, menanyakan apakah ada yang bisa mengenali tanda-tanda aneh tersebut. Gambar itu memperlihatkan bentuk menyerupai cakar tajam dan beberapa jejak garis lurus.
Visual tersebut menarik perhatian para ahli museum dan dalam waktu satu bulan, peneliti mengonfirmasi bahwa batu-batu itu adalah fosil jejak kaki dinosaurus. Dengan izin keluarga, spesimen tersebut dipindahkan ke museum untuk penelitian lebih lanjut.
Studi Kaitkan Jejak Kaki dengan Dinosaurus Jurassic Awal
Para ilmuwan China baru-baru ini memublikasikan temuannya di Journal of Palaeogeography, berdasarkan delapan lempengan batu yang memuat jejak itu. Menurut studi tersebut, fosil-fosil ini berasal dari periode Jurassic Awal, diperkirakan berusia antara 180 hingga 190 juta tahun.
Para peneliti menyebutkan sebagian besar jejak tersebut ditinggalkan dinosaurus yang dikenal sebagai Grallator dan Eubrontes. Dinosaurus ini kemungkinan bergerak dengan gaya lari di tanah yang mirip burung modern dan mungkin melaju antara 5,8 hingga 8,6 kilometer per jam.
Para peneliti juga mengamati adanya tanda seretan ekor yang langka. Jejak semacam itu mungkin muncul ketika dinosaurus memperlambat laju, berhenti untuk mengamati sesuatu, atau berperilaku agresif.
Apa yang dialami Ding bersaudara menjadi pengingat hal-hal luar biasa bisa berada tepat di depan mata tanpa disadari. Bertahun-tahun, batu-batu itu hanya bagian dari rumah yang diinjak tiap hari. Baru sekarang mereka menyadari selama ini berjalan di atas jejak kaki yang ditinggalkan dinosaurus hampir 190 juta tahun lalu.
(fyk/asj)