Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network
detikInet
GrabBus, Layanan Antar dari Masjid ke Rumah

Titanoboa: Ular 13 Meter Penguasa Bumi Setelah Zaman Dinosaurus


Adi Fida Rahman - detikInet

Titanoboa
Titanoboa: Ular 13 Meter Penguasa Bumi Setelah Zaman Dinosaurus Foto: NewsWeek
Daftar Isi
Jakarta -

Jutaan tahun setelah dinosaurus punah, Bumi ternyata pernah dipimpin predator raksasa lain. Namanya Titanoboa cerrejonensis, ular sepanjang 42 kaki (sekitar 13 meter) dengan berat lebih dari 1.133 kilogram, lebih panjang dari bus kota dan lebih berat dari mobil kecil.

Inilah ular terbesar yang pernah ditemukan dalam catatan paleontologi - makhluk mengerikan yang mendominasi iklim tropis purba dan menjadi bukti bagaimana perubahan suhu Bumi dapat membentuk evolusi makhluk hidup.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ditemukan di Tambang Batu Bara Kolombia

Titanoboa pertama kali terungkap pada 2009, ketika tim ilmuwan menggali tambang batu bara CerrejΓ³n di La Guajira, Kolombia. Mereka menemukan tulang belakang berukuran masif, awalnya dikira milik buaya karena dimensinya jauh melampaui vertebra ular modern. Namun struktur tulang mengungkap fakta berbeda - ini adalah ular, dan ukurannya tidak masuk akal jika disandingkan dengan spesies mana pun yang hidup saat ini.

ADVERTISEMENT

Dalam publikasi ilmiah di Nature pada tahun yang sama, para peneliti mengidentifikasi 28 fosil Titanoboa. Jumlah ini cukup untuk merekonstruksi ukuran tubuh secara akurat. Diameter tulang belakangnya hampir dua kali lebih besar dari anaconda modern, yang saat ini dikenal sebagai salah satu ular terbesar di dunia.

Pertanyaan besar pun muncul: mengapa ular ini bisa sebesar itu? Tidak seperti mamalia, ular tidak dapat mengatur suhu tubuh secara mandiri. Ukuran tubuhnya bergantung pada suhu lingkungan. Semakin besar tubuh ular, semakin tinggi suhu yang dibutuhkan untuk bergerak, berburu, hingga mencerna makanan.

Dari ukuran Titanoboa, peneliti menganalisis bahwa wilayah Kolombia purba memiliki rata-rata suhu 30-34Β°C, lebih panas dibandingkan hutan tropis saat ini. Artinya, Titanoboa bukan hanya fosil, melainkan "termometer hidup" yang membantu ilmuwan membaca kondisi iklim pasca-kepunahan massal dinosaurus.

Predator Puncak di Dunia Reptil

Saat Titanoboa hidup pada era Paleosen, mamalia masih kecil-seukuran tikus dengan berat tak lebih dari beberapa kilogram. Karena itu, saingan sekaligus mangsanya berasal dari kelompok reptil lain.

Fosil lain dari Formasi CerrejΓ³n memperlihatkan ekosistem raksasa:

  • Kura-kura Carbonemys cofrinii, cangkang mencapai 1,5 meter
  • Reptil buaya purba Acherontisuchus guajiraensis, panjang hingga 6 meter

Dengan tubuh raksasa, Titanoboa kemungkinan berburu di sungai seperti anaconda superbesar - menunggu mangsa lewat sebelum meremukkan tulang rusuknya dengan tekanan hingga ratusan psi. Satu lilitan saja kemungkinan cukup untuk menjatuhkan reptil berton-ton.

Sebelum Titanoboa ditemukan, ilmuwan mengira ular raksasa baru berevolusi jauh lebih lambat. Fosil ini mengubah segalanya. Anatominya menunjukkan garis keturunan booid, kerabat dekat boa dan anaconda modern, dengan kemampuan hidup semiakuatik.

Namun iklim menjadi faktor penentu. Tropis modern tidak cukup panas untuk menopang metabolisme ular sebesar Titanoboa. Dunia telah mendingin selama puluhan juta tahun, dan megareptil pun mengecil seiring waktu.

Saksikan Live DetikPagi :




(afr/afr)





Hide Ads