Fosil Kulit Tertua Ditemukan, Lebih Tua dari Mbahnya Dinosaurus
Hide Ads

Fosil Kulit Tertua Ditemukan, Lebih Tua dari Mbahnya Dinosaurus

Rachmatunnisa - detikInet
Minggu, 14 Jan 2024 07:50 WIB
Dinosaurus
Fosil Kulit Tertua Ditemukan, Lebih Tua dari Mbahnya Dinosaurus. Foto: Current Biology
Jakarta -

Penggalian fosil membuat penemuan yang mengesankan. Ditemukan kulit keras milik reptil yang hidup setidaknya 45 juta tahun sebelum keberadaan dinosaurus pertama.

Meskipun belum diketahui tentang asal hewannya, penggalian ini menemukan tujuh potongan kulit yang usianya sama, sehingga menjadi penemuan yang memecahkan rekor. Ilmuwan menyebut, fosil ini akan membantu mengungkap evolusi awal kulit.

Dikutip dari Current Biology, kulit tidak dapat menjadi fosil dengan baik. Sangat sulit dan langka menemukannya dalam kondisi sempurna, sehingga fosil ini dianggap spesimen berharga.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Semakin tua usianya, makin besar kemungkinan sebuah fosil hancur karena proses geologis. Oleh karena itu, penemuan kulit dari masa Paleozoikum (539-252 juta tahun lalu) sangatlah mustahil sehingga hanya sedikit pemburu fosil yang berharap bisa mendapatkannya.

Nyatanya, keajaiban terjadi pada sepasang ahli paleontologi amatir, Bill dan Julie May. Keduanya menemukan bagian kulit kadal dari sekitar 288 juta tahun lalu. Fosil ini ditemukan di sistem gua batu kapur Richards Spur di Oklahoma, Amerika Serikat.

ADVERTISEMENT

Diperkirakan kadal tersebut terjatuh ke dalam gua yang pada saat itu memang sudah membentuk sebuah gua. Kombinasi dari tingkat oksigen yang rendah, sedimen tanah liat, dan rembesan minyak di dalam gua, berhasil mengawetkan kulitnya.

"Sesekali kita mendapat kesempatan luar biasa untuk melihat kembali ke masa lalu," kata Ethan Mooney, seorang mahasiswa pascasarjana di Toronto University.

Mooney mendapat kehormatan ditugaskan mempelajari spesimen ini dan jaringan lunak lainnya dari gua tersebut. "Penemuan seperti ini benar-benar dapat memperkaya pemahaman dan persepsi kita tentang hewan-hewan pionir ini," ujarnya.

"Hewan ini mungkin jatuh ke dalam sistem gua selama awal periode Permian dan terkubur dalam sedimen tanah liat yang sangat halus sehingga memperlambat proses pembusukan," tambah Mooney.

Tetapi yang menarik, lanjutnya, sistem gua ini juga merupakan tempat rembesan minyak aktif selama masa Permian, dan interaksi antara hidrokarbon dalam minyak Bumi dan tar kemungkinan besar membuat kulit ini terawetkan dengan baik.

Tidak banyak fosil kulit yang bertahan, kurang dari seukuran kuku. Temuan fosil kulit ini menggabungkan fitur-fitur yang terkait dengan spesies modern yang sangat berbeda. Permukaannya yang berkerikil mengingatkan pada kulit buaya, namun juga memiliki bagian berengsel seperti yang terlihat pada ular dan kadal tak berkaki.

Meskipun kulitnya masih bertahan, tidak ada tulang atau gigi yang tersisa dari individu tersebut, sehingga kita tidak dapat mengidentifikasinya sebagai spesies kadal secara pasti.

Meski mampu mengidentifikasi spesiesnya akan mengungkap banyak hal, Mooney mengatakan penemuan ini masih menunjukkan betapa kunonya aspek kulit reptil modern.

"Edermis adalah ciri penting bagi kelangsungan hidup vertebrata di darat. Ini adalah penghalang penting antara proses internal tubuh dan lingkungan luar yang keras," jelasnya.

Sistem gua tempat ditemukannya kulit merupakan sumber fosil Paleozoikum terkaya di dunia, dengan ratusan ribu tulang terawetkan oleh kombinasi faktor-faktor yang tidak biasa.

Di tempat lain dalam sistem tersebut, cetakan pada batuan menampakkan bentuk permukaan kulit purba dari beberapa hewan, tujuh di antaranya telah dideskripsikan bersama dengan fosil kulit yang ditemukan.

Mooney dan rekan penulisnya mendeskripsikan fosil ini sebagai variasi yang mencolok, yang menunjukkan bahwa sampel yang diawetkan tidak dapat dianggap mewakili era secara keseluruhan. Namun demikian, temuan tersebut menunjukkan bahwa sisik kulit, yang kini hanya ditemukan pada beberapa amfibi hidup, merupakan standar fitur reptil pada masa itu.




(rns/rns)
Berita Terkait