Sejumlah negara sedang giat melakukan eksplorasi luar angkasa. Di antara negara-negara tersebut, empat di antaranya, yakni AS, Rusia, China, dan India menjadi yang terdepan saat ini. Namun AS dan China yang mencolok tampak tidak akur dalam persaingan ini.
"Kita sedang dalam perlombaan mengeksplorasi antariksa," kata Administrator badan antariksa nasional AS NASA, Bill Nelson, merujuk pada China.
Seperti dikutip dari The Guardian, Nelson menuding China berniat mencari wilayah yang kaya akan sumber daya alam di luar angkasa, dan selama dua tahun ke depan, akan menentukan persaingan AS-China dalam perlombaan ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Nelson, AS perlu berhati-hati agar pesaingnya itu tidak mendapatkan pijakan di Bulan dan mencoba mendominasi sumber daya alam di sana.
Nelson yang merupakan mantan astronaut dan senator Florida, juga memperingatkan bahwa China pada akhirnya dapat mengklaim 'memiliki' wilayah Bulan yang kaya akan sumber daya.
Persaingan antara AS dan China, tambahnya, semakin intensif dan dua tahun ke depan akan menentukan negara mana yang lebih diuntungkan.
"Itu faktanya, kita sedang dalam perlombaan luar angkasa. Dan memang benar bahwa kita sebaiknya berhati-hati agar mereka tidak sampai ke suatu tempat di Bulan dengan kedok penelitian ilmiah. Dan bukan tidak mungkin mereka berkata, 'Kami di sini, ini wilayah kami'," sebutnya.
Nelson kemudian menyebut agresi China atas pulau-pulau di Laut China Selatan yang menjadi tempat mendirikan pangkalan militer sebagai bukti ambisi teritorialnya. "Jika Anda masih ragu, lihat apa yang China lakukan terhadap Kepulauan Spratly," katanya.
Misi China ke Bulan
Tahun lalu, program luar angkasa China mendirikan stasiun luar angkasa yang mengorbit Bumi dan telah melakukan beberapa misi yang mengorbit Bulan dan mengambil sampel. Tahap ketiga dari program ini, yakni untuk membangun stasiun penelitian Bulan otonom di dekat kutub selatan Bulan, dijadwalkan pada tahun 2025.
Pada Desember lalu, China mengungkap visinya untuk pendaratan di Bulan, transportasi luar angkasa, infrastruktur, dan tata kelola luar angkasa. China juga menjadwalkan pendaratan taikonaut (sebutan untuk astronaut China) di Bulan pada akhir dekade ini.
Sementara itu, NASA sudah menyelesaikan misi Artemis I untuk mengambil gambar permukaan Bulan. Misi masa depan dirancang untuk membangun lebih banyak aktivitas di Bulan. Namun, AS juga fokus pada Mars.
Para petinggi militer AS juga telah menyuarakan kekhawatiran atas militerisasi ruang angkasa China dan masalah keamanan yang menyertainya.
"Sangat mungkin mereka bisa mengejar dan melampaui kita. Kemajuan yang mereka capai sungguh menakjubkan, sangat cepat," kata Letjen Nina Armagno dari Angkatan Luar Angkasa.
China Tepis Tudingan AS
Sementara itu, China merespons tudingan ini dengan mengatakan bahwa penafsiran AS mengenai motif di balik pengembangan teknologi luar angkasa yang dilakukan China sama sekali tidak benar.
"Luar angkasa bukanlah ajang pergulatan," kata Liu Pengyu, juru bicara kedutaan besar China di Washington.
Pengyu mengatakan bahwa beberapa pejabat AS berbicara melantur dan tidak berdasar dalam menggambarkan upaya China dalam eksplorasi luar angkasa. Semua yang dilakukan China, menurutnya normal dan sah secara hukum.
"China selalu menganjurkan penggunaan luar angkasa secara damai, menentang persenjataan dan perlombaan senjata di luar angkasa, dan bekerja secara aktif untuk membangun komunitas dengan masa depan bersama bagi umat manusia di bidang luar angkasa," tutupnya.
(rns/fyk)