Badai Matahari yang sangat kuat memecahkan lubang di medan magnet Bumi pekan lalu. Kondisi ini memicu beberapa aurora merah muda yang epik dan langka.
Dibutuhkan beberapa keadaan yang tidak biasa untuk membuat pertunjukan cahaya berwarna-warni semacam ini. Salah satu orang beruntung yang bisa mengabadikannya adalah Markus Varik seorang pemandu wisata aurora, di langit di atas Troms di Norwegia pada 3 November 2022.
Ia membagikan foto-foto aurora hasil tangkapannya ke halaman Facebook Greenlander.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Proses terjadinya aurora
Aurora terjadi ketika angin Matahari yang kuat (partikel bermuatan sangat energik) terlempar keluar dari Matahari dan menghantam Bumi sehingga membuat lubang di medan magnetnya, atau magnetosfer.
Partikel bermuatan ini mengalir melalui lubang, menciptakan badai geomagnetik yang menampilkan dirinya kepada kita sebagai aurora yang cantik. Karena medan magnet terlemah ada wilayah kutub Bumi, di sanalah aurora biasanya terjadi.
Aurora Borealis dan Australis biasanya tampak hijau, kadang-kadang dengan sedikit warna merah atau ungu, karena sebagian besar angin Matahari hanya mencapai ketinggian 100-240 kilometer di mana terdapat konsentrasi oksigen yang lebih tinggi. Hal ini membuat partikel oksigen 'bersemangat' memberi mereka cahaya hijau yang khas.
Sedangkan aurora kali ini menyentuh nitrogen di atmosfer yang dapat membuatnya tampak merah muda, dan partikel nitrogen terjadi pada ketinggian yang lebih rendah sekitar 100 kilometer, di mana sebagian besar angin Matahari tidak mencapainya.
Jadi, dibutuhkan aktivitas Matahari yang sangat tinggi untuk melemparkan partikel bermuatan dengan kekuatan seperti badai yang terjadi pada 3 November.
Badai geomagnetik kelas G1 menghantam Bumi minggu lalu, membuka lubang di medan magnet selama enam jam. Pusat Prediksi Cuaca Luar Angkasa NOAA telah mengeluarkan peringatan tentang potensi badai G1, yang meskipun dianggap 'kecil' pada skala 1-5, tetap memberi peringatan akan terjadinya fluktuasi jaringan listrik, dampak kecil pada satelit, hewan yang bermigrasi, dan tentu saja aurora yang epik.
Baca juga: 12 Objek Aneh di Alam Semesta |
Jangan khawatir, dikutip dari IFL Science, Rabu (9/11/2022) retakan di medan magnet Bumi itu sesuatu yang normal. Medan magnet bertindak sebagai perisai untuk melindungi kita dari badai Matahari yang dimuntahkan oleh Matahari.
Untuk diketahui, Matahari sedang bersiap-siap menuju periode teraktifnya dalam siklus matahari (Juli 2025) dan sudah sangat aktif sejak dini. Peluang untuk menemukan aurora sudah cukup bagus saat ini, namun para peneliti memprediksi peluang itu akan lebih baik lagi selama tiga tahun ke depan.
(rns/fay)