Antartika jelas bukan benua yang ramah. Dinginnya luar biasa dan angin kencang menyambar-nyambar, padang es-nya pun kadang tak stabil. Maka cukup banyak korban jiwa yang jasadnya mungkin takkan pernah ditemukan.
Ya, para ilmuwan dan petualang menempuh risiko tinggi jika mau pergi ke Antartika. Mereka yang meninggal ada yang hilang selamanya karena sukar untuk ditemukan. Bahkan diestimasi, ada ratusan jasad beku terjebak di lapisan es Antartika dari berbagai misi yang celaka.
"Beberapa baru ditemukan setelah beberapa dekade atau bahkan lebih dari satu abad kemudian," tulis kolumnis sains BBC, Marta Henriques yang dikutip detikINET, Jumat (1/7/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Akan tetapi banyak yang hilang tidak akan pernah ditemukan, terkubur begitu dalam di lapisan es atau jurang dalam di Antartika sehingga mereka tidak akan pernah muncul. Atau, jasad itu bergerak menuju lautan bersama gletser dan es," paparnya.
Di wilayah ekstrem Bumi, hal itu jamak terjadi. Sebagai perbandingan, diestimasi ada lebih dari 200 jasad berada di Gunung Everest. Mereka adalah para pendaki yang menjadi korban.
Antartika sendiri adalah tempat paling dingin, paling kering dan paling berangin di muka Bumi. Bahkan ilmuwan pernah menemukan ratusan bangkai penguin yang diduga dahulu mati karena dilanda salju begitu tebal.
Salah satu misi yang celaka di Antartika adalah British Antarctic Expedition antara tahun 1910 sampai 1913. Petualang Inggris, Robert Falcon Scott dan empat timnya berharap menjadi yang pertama bisa mencapai Kutub Selatan pada tahun 1912.
Halaman selanjutnya, korban jiwa di Antartika>>>
Namun mereka kecewa lantaran saat sampai di sana, ternyata petualang asal Norwegia, Roald Amundsen, tiba lebih dahulu. Pada saat perjalanan pulang, terjadilah tragedi.
Scott dan timnya meninggal dunia karena kedinginan dan kelaparan, terjebak oleh badai es di tendanya, sekitar 20 kilometer dari sumber makanan. Dua dari tim Scott tidak pernah ditemukan sampai sekarang.
Jasad Scott dan tim lainnya ditemukan oleh tim pencari beberapa bulan kemudian. Jasadnya dikuburkan di lokasi tersebut. Seiring waktu berlalu, jasad mereka berpindah dari lokasi sebelumnya karena pergerakan es Antartika.
Sampai zaman modern, kecelakaan di Antartika masih cukup sering terjadi. Petualang asal Inggris, Henry Worsley, mencoba menjelajah solo di Antartika pada tahun 2016. Dia meninggal karena kegagalan organ setelah sempat diterbangkan memakai helikopter ke rumah sakit terdekat.
Saat ini, semakin banyak orang mengunjungi Antartika, termasuk para turis. Tingkat standar keselamatan memang semakin tinggi, karena belajar dari pengalaman di masa silam. Namun tetap saja, risiko selalu mengintai di sana.