Seram! Tanah Antartika Mengandung Bakteri Super, Tak Mempan Antibiotik
Hide Ads

Seram! Tanah Antartika Mengandung Bakteri Super, Tak Mempan Antibiotik

Rachmatunnisa - detikInet
Selasa, 31 Mei 2022 07:45 WIB
Gunung Es Antartika
Foto: British Antartic Survey
Jakarta -

Bakteri "hiper-resisten" yang mampu menghindari antibiotik umum, ditemukan di tanah Antartika. Sebuah studi menyebutkan, kemampuan bakteri super ini bisa menjadi ancaman bagi kesehatan manusia.

Meskipun ancaman itu tidak segera terjadi, para peneliti sudah memperingatkan potensi tersebut dapat menimbulkan risiko bagi kesehatan manusia secara global di masa depan, terutama jika Antartika terus terancam oleh krisis iklim dan kerusakan lingkungan.

Dalam sebuah makalah yang diterbitkan dalam jurnal Science of the Total Environment, para ilmuwan dari University of Chile menjelaskan bagaimana mereka mengumpulkan sampel tanah dari Semenanjung Antartika antara 2017 hingga 2019. Ketika mereka kembali ke lab, mereka terkejut menemukan keragaman mikroorganisme yang ditemukan hidup di dalam tanah yang keras ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di antara mikroorganisme, ditemukan gen yang dapat memberikan resistensi terhadap beberapa antibiotik dan zat antimikroba lainnya, seperti tembaga dan klorin. Gen tersebut ditemukan dalam berbagai jenis bakteri, termasuk Polaromonas, Pseudomonas, Streptomyces, Variovorax, dan Burkholderia.

Yang mengkhawatirkan, ada juga bukti gen yang memungkinkan mekanisme yang belum pernah diketahui sebelumnya untuk menghindari antibiotik. Mereka menemukan bakteri dari kelompok Polaromonas mampu memompa keluar enzim dengan potensi untuk menonaktifkan antibiotik tipe beta-laktam, yang penting untuk pengobatan berbagai infeksi.

ADVERTISEMENT

Resistensi antibiotik secara signifikan dipercepat oleh penyalahgunaan dan penggunaan antibiotik yang berlebihan. Namun, bakteri juga dapat mengembangkan mekanisme resistensi antibiotik secara alami. Para peneliti dari studi terbaru ini berpendapat bahwa gen resistensi antibiotik yang mereka temukan kemungkinan besar merupakan hasil dari bakteri yang beradaptasi dengan kondisi ekstrem Antartika.

Dr AndrΓ©s Marcoleta, pemimpin studi dari Fakultas Ilmu Pengetahuan University of Chile, menjelaskan bahwa resistensi antibiotik ini ada di dalam "fragmen seluler" DNA yang dapat dengan mudah diteruskan ke bakteri lain melalui transfer gen horizontal.

"Gagasan bahwa gen ini pada akhirnya dapat mencapai bakteri yang menyebabkan infeksi pada manusia atau hewan lain, memberi mereka kemampuan resistensi yang lebih besar, tampaknya tidak masuk akal," kata Dr Marcoleta dalam sebuah pernyataan, dikutip dari IFL Science.

Dia menambahkan bahwa penelitian ini seharusnya jangan dulu memicu kepanikan. Namun, dia menyoroti bagaimana potensi ancaman yang ditimbulkan oleh bakteri resisten antibiotik di Antartika menjadi lebih mungkin karena aktivitas manusia menjadi beban yang meningkat di benua itu.

"Kita tahu bahwa ada transit orang yang semakin sering dan masif antara Semenanjung Antartika dan bagian dunia lainnya, terutama melalui Chili. Ini menghasilkan peluang potensial untuk kontak antara mikroorganisme yang menjajah atau menginfeksi manusia dan yang secara alami menghuni tanah Benua Putih," lanjut Marcoleta.

"(Pandemi COVID-19) telah mengajari kita bahwa mikroorganisme, dan khususnya patogen, dapat menyebabkan efek dengan jangkauan global. Dalam hal ini, patut dipertanyakan apakah perubahan iklim dapat berdampak pada terjadinya penyakit menular," Marcoleta memperingatkan.




(rns/afr)