Gunung Everest Ternyata Terus Tumbuh Menjulang, Sampai Kapan?
Hide Ads

Gunung Everest Ternyata Terus Tumbuh Menjulang, Sampai Kapan?

Rachmatunnisa - detikInet
Jumat, 20 Mei 2022 12:30 WIB
Gunung tertinggi di dunia, Gunung Everest, tercatat bertambah tinggi 86 centimeter dibanding sebelumnya.
Gunung Everest Masih Terus Tumbuh Menjulang, Sampai Kapan? Foto: Getty Images

Akankah terus tumbuh?

Melihat di luar planet kita sendiri, kita dapat melihat contoh betapa besar pertumbuhan sebuah gunung. Olympus Mons, sebuah gunung berapi di Mars, menjulang setinggi 21 km ke langit dan membentang seluas 624 km.

Ini kira-kira seukuran negara bagian Arizona di Amerika Serikat. Karena gravitasi di Mars lebih lemah daripada di Bumi, dan karena Mars tidak memiliki lempeng tektonik yang bergeser dan bertabrakan di bawah permukaan, aliran lahar yang mengalir keluar dari gunung berapi Mars di masa lalu planet ini mampu tumbuh menjadi proporsi yang mengerikan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bisakah Everest menjadi raksasa serupa? Pada 1980-an, seorang peneliti di Laboratorium Cavendish di Cambridge, Inggris, mencoba memperkirakan batas seperti itu di Bumi, dengan mempertimbangkan kekuatan gravitasi dan kekuatan batuan yang mendasari gunung.

Perhitungan, yang membuat "tidak ada presensi terhadap geofisika yang serius" memperkirakan ketinggian maksimum teoritis dari pegunungan dengan dasar batuan granit seperti Gunung Everest, menjadi 45 km di Bumi.

ADVERTISEMENT

Namun menurut Rachel Headley, seorang profesor geosains di University of Wisconsin-Parkside, ada sejumlah hambatan selain dari cuaca planet kita yang tiada henti.

"Sebagai permulaan, gunung akhirnya akan kehabisan kekuatan tektonik, dan kemudian akan berhenti tumbuh", katanya.

Para ilmuwan percaya bahwa pada akhirnya mantel Bumi akan mendingin sedemikian rupa sehingga pergerakan lempeng tektonik di seluruh planet akan berakhir. Sampai saat itu, gempa Bumi dan tanah longsor juga akan mengikis gunung tersebut.

"Pada titik tertentu, (gunung) menjadi sangat curam sehingga tidak stabil dan bongkahan mulai berjatuhan," kata Elmore.

Dengan angin, salju, dan es yang menerjang, memecahkan dan membelah batu, Everest tidak mungkin mencapai ukuran gunung yang ada di Mars.

"Kita memiliki sistem cuaca kita, dan cuaca sangat bagus dalam menciptakan kekuatan erosi," kata Headley.

"Pada dasarnya, fakta bahwa kita memiliki air, baik dalam bentuk es atau salju, atau hanya hujan, itulah yang benar-benar dapat membatasi pertumbuhan gunung," jelasnya.

Untuk saat ini, tinggi Everest terus merayap naik, sedikit demi sedikit, sementara kekuatan lain mencoba meruntuhkannya. Tim Elmore pada 2019 menemukan bahwa pemanasan global adalah salah satunya kekuatan itu, mendorong penipisan salju dan es yang cukup besar di hulu gunung dalam beberapa dekade terakhir dan menyingkap lebih banyak batuan gundul terhadap dampak erosi dari cuaca.

Everest juga bukan gunung dengan pertumbuhan tercepat di planet kita. Pesaing terdekat untuk posisi teratas mungkin adalah Gunung Nanga Parbat, tetangga Everest yang terletak di pegunungan Himalaya yang terletak di Pakistan, dengan tinggi 8.126 meter dan tumbuh 7 mm per tahun.

Dalam 241.000 tahun gunung itu bisa menyalip Everest menjadi gunung tertinggi di Bumi, asalkan tingkat erosi tidak berubah. Lainnya, seperti di Pegunungan Alpen di Swiss, gunung juga berkembang pesat berkat ketidakseimbangan jumlah erosi yang terjadi.

Para ilmuwan menemukan bahwa pengangkatan gunung ini lebih dari 50 kali lebih cepat daripada efek negatif dari erosi di sini. Tetapi Pegunungan Alpen Swiss jauh lebih pendek daripada Gunung Everest dan sebagian besar penelitian menunjukkan bahwa pegunungan di sana saat ini tumbuh 2-2,5 mm per tahun.

Sementara itu, Everest mempertahankan daya pikatnya sebagai gunung yang paling ekstrem dari apa yang dapat ditemukan dan bertahan di Bumi. Reputasinya sebagai puncak tertinggi di planet kita terus menarik para pendaki dari seluruh dunia, meski ketinggiannya terus bergeser.

(rns/rns)