10-11 Desember - Puncak hujan meteor Ο-Orionid
Setelah Monocerotid, puncak hujan meteor selanjutnya adalah Chi(Ο)-Orionid, yang sebenarnya berlangsung 5-20 Desember. Bukan konstelasi, hujan meteor ini terjadi di dekat bintang Ο-Orionis, konstelasi Orion. Seperti hujan meteor Monocerotid, hujan meteor ini bersumber dari 2004 TG10.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Fenomena ini dapat disaksikan sejak awal senja astronomis (50 menit setelah terbenamnya Matahari) pada 10 Desember waktu setempat hingga akhir fajar bahari pada keesokan harinya waktu setempat. Di Indonesia, hujan meteor Ο-Orionid dapat memuncak hingga 2,5-3 meteor/jam.
12-13 Desember - Hujan meteor Ο-Hybrid
Hujan meteor Sigma(Ο)-Hybrid berlangsung pada 3-15 Desember dan mencapai puncaknya pada 12-13 Desember. Hujan meteor Ο-Hybrid akan turun dengan intensitas 2,9-3 meteor/jam.
Fenomena ini terlihat di konstelasi Hydra, dekat bintang Sigma Hydrae, dari pukul 09.15 malam waktu setempat pada 12 Desember hingga akhir fajar bahari keesokan harinya waktu setempat.
14-15 Desember - Puncak hujan meteor Geminid
Turun pada 4-17 Desember, hujan meteor Geminid mencapai puncaknya pada 14-15 Desember. Seperti namanya, fenomena ini terjadi di langit konstelasi Gemini dan bersumber dari debu asteroid 3200 Phaethon (1983 TB).
Fenomena ini terlihat pada 14 Desember pukul 08.30 malam waktu setempat hingga 15 Desember pada akhir fajar bahari. Di Sabang, hujan ini turun 86 meteor/jam, dan di Pulau Rote, berkisar di intensitas 107 meteor/jam. Di titik zenit, hujan meteor Geminid turun dengan intensitas 120 meteor/jam.
16 Desember - Puncak hujan meteor Comae-Berenicid
Hujan meteorComae-Berenicid akan turun pada 12-23 Desember di langit konstelasi Leo dan puncaknya terjadi di tanggal 16 Desember. Di situs tersebut, hujan meteor ini akan mulai terlihat sekitar 01.50 dini hari waktu setempat hingga akhir fajar bahari.
Pada puncaknya, hujan meteor Comae-Berenicid akan turun dengan intensitas 2-3 meteor/jam. Selain itu, tantangan terbesar lain saat menyaksikan fenomena ini adalah cahaya Bulan.
19-20 Desember - Puncak hujan meteor Leonis Minorid
Turun pada 5 Desember 2021 sampai 4 Februari 2022, hujan meteor di konstelasi Leo Minor ini mencapai puncaknya pada 19 Desember 2021 mendatang.
Hujan meteor Leonis Minorid dimulai sekitar pukul 11 malam waktu setempat sampai akhir fajar bahari pada 20 Desember. Hujan meteor Leonis Minorid diprakirakan akan turun dengan intensitas 4-5 meteor/jam.
21 Desember - Titik balik Matahari
Bumi akan mengalami titik balik Matahari pada 21 Desember 2021. Titik balik Matahari sebelumnya di tahun ini terjadi pada 21 Juni 2021 sebagai titik balik musim panas. Posisi titik balik Matahari pada Desember berarti adalah titik balik musim dingin di belahan Bumi utara.
Di posisi ini, belahan Bumi selatan yang condong menghadap Matahari, waktu siang dan sore harinya akan terasa lebih panjang, sementara malam terasa lebih pendek. Di belahan Bumi utara, durasi Matahari berada di cakrawala akan jadi yang terpendek di 2021. Inilah yang menandai hari pertama musim dingin.
Seperti titik balik Matahari pada Juni 2021, Indonesia yang berada di khatulistiwa tentu tidak terpengaruh. Hal ini disebabkan karena posisi khatulistiwa terhadap Matahari cenderung konstan.
22 Desember - Puncak hujan meteor Ursid
Hujan meteor Desember 2021 ditutup dengan hujan meteor Ursid. Turun sejak 17 Desember sampai 26 Desember 2021, hujan meteor di konstelasi Ursa Minor ini mencapai aktivitas tertingginya pada 22 Desember. Hujan meteor Ursid bersumber dari debu komet 8P/Tuttle.
Pemandangan ini terlihat pada sekitar pukul 3 pagi hingga akhir fajar bahari. Saat ini, hujan meteor Ursid turun dengan intensitas 10 meteor/jam. Perlu dicatat, cahaya Bulan dapat menghalangi pemandangan. Jadi, pastikan langit cerah bebas polusi cahaya dan bidang pandang tidak terhalang apa pun.
Simak Video "Deretan Fenomena Langit di Bulan September 2024"
[Gambas:Video 20detik]
(rns/rns)