Selain Matahari dan Bulan Buatan, Ada Juga Aurora Tiruan
Hide Ads

Selain Matahari dan Bulan Buatan, Ada Juga Aurora Tiruan

Rachmatunnisa - detikInet
Rabu, 28 Jul 2021 06:16 WIB
Aurora over scenes in Yellowknife
Selain Matahari dan Bulan Buatan, Ada Juga Aurora Tiruan. Foto: Getty Images
Jakarta -

Sejumlah negara berlomba menciptakan fusi nuklir untuk sumber energi baru yang sering disebut Matahari buatan. China bahkan juga mengembangkan Bulan tiruan. Nah, ternyata ada juga aurora buatan.

Fenomena langit aurora merupakan hal yang menarik dilihat karena keindahan cahaya yang berwarna-warni. Aurora yang terlihat di lingkar kutub utara disebut aurora borealis dan di lingkar kutub selatan disebut aurora australis. NASA pernah berusaha menciptakan fenomena seperti ini pada 2019.

Penciptaan aurora ini merupakan bagian dari misi AZURE yang berusaha memahami lebih lanjut tentang bagaimana aurora bergerak di atmosfer kita. Sebagai bagian dari proyek penelitian, para ilmuwan memutuskan untuk membuat aurora untuk dilacak. Dua roket diluncurkan dari AndΓΈya Space Center untuk menciptakan aurora buatan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

ADVERTISEMENT



Para ilmuwan hingga saat ini masih berusaha memahami banyak hal tentang aurora. Mereka belum yakin secara pasti bagaimana hubungan antara aurora dan medan magnet Bumi, sehingga dibutuhkan semua jenis eksperimen baru untuk mengungkap rahasia aurora.

Eksperimen terbaru

Baru-baru ini tim fisikawan dari University Of Iowa, AS membeberkan bagaimana aurora terjadi dan mereka berhasil membuat aurora dengan menggunakan teknologi.

Mereka membuktikan bahwa lampu dihasilkan oleh gelombang elektromagnetik kuat yang mempercepat elektron menuju Bumi selama badai geomagnet.

Teori ini pertama kali dikemukakan oleh seorang ilmuwan Rusia pada tahun 1946. Dengan teori yang sudah terbukti, pada Juni lalu, ilmuwan bisa menciptakan kembali aurora borealis menggunakan perangkat plasma di laboratorium University of California UCLA, Los Angeles, AS.

Terjadinya aurora

Secara ilmiah, aurora terjadi karena atmosfer Bumi berinteraksi dengan partikel bermuatan yang dipancarkan dari Matahari. Pada saat aktivitas Matahari meningkat, partikel bermuatan dari Matahari dapat memasuki magnetosfer dan mempengaruhi sistem arus di dalamnya.

Akibatnya, terjadi badai geomagnet dan gangguan pada ionosfer. Kemudian partikel bermuatan yang memasuki atmosfer Bumi ini berinteraksi dengan partikel ionosfer sehingga menghasilkan pendaran cahaya hijau, biru, ungu, dan merah yang kita sebut sebagai aurora.




(rns/afr)