Rusia Mau Cabut dari ISS, Bos NASA Khawatir
Hide Ads

Rusia Mau Cabut dari ISS, Bos NASA Khawatir

Virgina Maulita Putri - detikInet
Senin, 07 Jun 2021 09:45 WIB
IN SPACE - MAY 29:  In this handout provided by National Aeronautics and Space Administration (NASA), back dropped by planet Earth the International Space Station (ISS) is seen from NASA space shuttle Endeavour after the station and shuttle began their post-undocking relative separation May 29, 2011 in space. After 20 years, 25 missions and more than 115 million miles in space, NASA space shuttle Endeavour is on the last leg of its final flight to the International Space Station before being retired and donated to the California Science Center in Los Angeles. Capt. Mark E. Kelly, U.S. Rep. Gabrielle Giffords (D-AZ) husband, has lead mission STS-134 as it delivered the Express Logistics Carrier-3 (ELC-3) and the Alpha Magnetic Spectrometer (AMS-2) to the International Space Station. (Photo by NASA via Getty Images)
Rusia Mau Cabut dari ISS, Bos NASA Khawatir Foto: Getty Images
Jakarta -

Rusia berencana meninggalkan International Space Station pada tahun 2024 dan membangun stasiun luar angkasanya sendiri. Rencana ini membuat NASA khawatir akan hubungan Amerika Serikat dan Rusia di luar angkasa.

AS dan Rusia sudah bermitra mengoperasikan ISS selama 23 tahun. Di saat Rusia mengancam akan cabut dari ISS pada tahun 2024, Administrator NASA Bill Nelson mengatakan pemerintah AS berharap kerjasama ini bisa berlangsung setidaknya sampai tahun 2030.

"Jika Rusia menarik diri, itu tidak akan berakhir baik," kata Nelson seperti dikutip dari CNN, Senin (7/6/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hubungan AS-Rusia menjadi semakin rumit karena Rusia sudah memberi sinyal akan bekerjasama dengan China untuk menjelajahi luar angkasa. Rusia dan China belum lama ini menandatangani MoU untuk bersama-sama membangun markas di Bulan.

Sedangkan NASA dilarang bekerjasama dengan China karena aturan Wolf Amendment yang melarang badan antariksa AS untuk berdiskusi dan bekerjasama dengan China tanpa persetujuan eksplisit dari FBI dan Kongres AS.

ADVERTISEMENT

"Jika Rusia mulai bergantung pada China, maka saya perkirakan kita akan memiliki perlombaan baru untuk menuju Bulan dengan China dan Rusia melawan AS," kata Nelson.

"Selama beberapa dekade, sudah hampir 45 tahun lebih kami bekerjasama dengan Rusia di luar angkasa, dan saya ingin kerjasama itu berlanjut," sambungnya.

Belum lama ini Nelson menghubungi bos badan antariksa Rusia Roscosmos, Dmitry Rogozin. Dalam keterangan resmi Roscosmos, Nelson sempat mengungkit keinginannya untuk tetap bekerjasama mengoperasikan ISS sampai 2030 dan Rogozin menyatakan dukungannya kepada Nelson.

Tapi Rogozin pernah beberapa kali menjelek-jelekkan bisnis roket AS, terutama SpaceX. Rogozin juga yang pertama kali mengumumkan kepada media lokal bahwa Rusia akan meluncurkan stasiun luar angkasanya sendiri pada 2030.

Sepertinya untuk saat ini AS dan Rusia akan terus bermitra untuk mengoperasikan ISS. Press Secretary NASA Jackie McGuinness mengatakan Rusia sudah menjalankan rencana perbaikan ISS dan masih menjadwalkan penerbangan kosmonaut ke laboratorium luar angkasa tersebut.

"Itu bukan tanda-tanda bahwa mereka mencoba menarik diri," kata McGuinness.




(vmp/afr)