Matahari memang begitu panas. Anehnya lagi, suhu di atmosfernya jauh lebih panas dari permukaan di bawahnya. Lama menjadi misteri, lembaga antariksa European Space Agency mengklaim telah menemukan jawabannya.
Sejak tahun 1930, ilmuwan menemukan bahwa atmosfer Matahari atau Corona, temperaturnya mencapai sekitar 1 juta derajat Celcius. Angka itu jauh lebih panas dari suhu 5.500 derajat Celciys di permukaan Sang Surya.
Sejak lama, misteri itu belum terpecahkan. "Itu masih menjadi masalah besar yang belum terpecahkan dalam hal fisika Matahari," cetus Sarah Matthews, akademisi di University College London yang dikutip detikINET dari BBC.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nah dalam penelitian terbaru, ESA mengambil data baru dari Solar Orbiter, wahana antariksa yang saat ini mendekati Matahari. Menurut mereka, temuan adanya suar Matahari kecil yang muncul di permukaan Matahari oleh ESA, bisa menjadi jawaban fenomena panasnya atmosfer Sang Surya.
Suar Matahari sendiri adalah letusan singkat radiasi energi tinggi di permukaan Matahari, yang dapat menimbulkan gangguan magnetik dan radio di Bumi. Pakar sebelumnya sudah bertanya-tanya apakah erupsi itu berkaitan dengan fenomena panasnya Corona.
Nah, beberapa waktu lalu, foto yang dijepret Solar Orbiter memperlihatkan semacam lingkaran berwarna kekuningan, seperti kobaran api ukuran kecil di Matahari. Ilmuwan ESA, Daniel Muller, menjulukinya sebagai 'api unggun', yang menyeruak ke corona. Api unggun itu adalah nama lain dari suar Matahari kecil tersebut.
"Suar terkecil ini yang sebelumnya tidak terdeteksi muncul jauh lebih sering dari suar yang besar. Bisa saja pengaruhnya pada pemanasan Corona diabaikan," cetus Regina Aznar Cuadro, ilmuwan dari Max Planck Institute for Solar System Research.
Dengan kata lain, proses terjadinya api unggun itu kemungkinan menjadi pemicu mengapa Corona Matahari bisa begitu panas. Simulasi mereka menunjukkan bahwa energi yang dilepaskan dari api unggun itu kemungkinan cukup untuk menjaga suhu Corona Matahari.
Akan tetapi, masih diperlukan riset lebih lanjut. "Kami masih menantikan pencerahan apalagi yang diberikan model kami untuk mengembangkan teori tentang proses di balik pemanasan Matahari itu," cetus periset itu.
Baca juga: Misteri Umur Bumi yang Sebenarnya |
(fyk/afr)