Ribuan Meninggal Karena Corona, Raja Swedia: Kami Gagal
Hide Ads

Ribuan Meninggal Karena Corona, Raja Swedia: Kami Gagal

Fino Yurio Kristo - detikInet
Jumat, 18 Des 2020 20:32 WIB
Penanganan Wabah Corona di Swedia Membuat Warga Asing Cemas
Salah satu sudut di Swedia. Foto: DW (News)
Stockholm -

Swedia merupakan salah satu negara yang cukup rileks dalam menangani pandemi Corona. Sempat cukup menjanjikan, kini strategi itu dinilai kurang berhasil, malah Raja Swedia sendiri sudah memberi cap gagal.

Lockdown di Swedia cenderung tidak ketat dibanding negara Eropa lain. Misalnya, sekolah hanya ditutup untuk 16 tahun ke atas, sedangkan murid lebih muda tetap masuk. Hanya perkumpulan di atas 50 orang dilarang dan warga berusia 70 tahun ke atas atau yang berisiko tinggi diminta isolasi mandiri.

Selain itu, warga hanya diminta melakukan physical distancing dan kerja dari rumah jika memungkinkan. Pertokoan, bar, restoran dan gim tetap dibuka. Namun demikian, belakangan terjadi peningkatan kasus Corona. Total ada 350 ribu kasus dan 7.800 kematian.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya pikir kami sudah gagal. Kami mencatatkan jumlah besar orang meninggal dunia dan hal ini mengerikan," kata Raja Swedia, King Carl XVI Gustaf yang dikutip detikINET dari BBC.

"Orang Swedia sangat menderita di kondisi sangat sulit ini. Terpikirkan bagaimana anggota keluarga tidak bisa mengucap selamat tinggal pada keluarga mereka (yang meninggal). Saya pikir ini adalah pengalaman yang berat dan traumatis," lanjutnya.

ADVERTISEMENT

King Carl sendiri sudah berusia 74 tahun dan mengaku khawatir tertular virus Corona. Ia merasa virus yang bermula di Wuhan itu semakin mendekatinya.

Swedia belum pernah memberlakukan lockdown total. Namun dengan perkembangan terbaru yang mencemaskan itu, mereka untuk pertama kalinya meminta sekolah untuk usia 13 sampai 15 tahun digelar online saja. Kemudian kerumunan dibatasi hanya sampai 8 orang.

Strategi tanpa lockdown tersebut diarsiteki oleh Anders Tegnell, pakar kesehatan negara itu. Beberapa waktu lalu, ia membantah bahwa tujuannya adalah untuk mencapai herd immunity dalam waktu cepat, melainkan untuk memperlambat penularan Corona agar fasilitas kesehatan tidak tumbang. Dia menilai strateginya akan mujarab untuk jangka panjang.

Namun demikian, seperti disebutkan, strategi itu mulai diragukan, khususnya menghadapi gelombang kedua virus Corona. "Tentunya fakta bahwa ada banyak yang meninggal tidak bisa diartikan lain kecuali kegagalan," kata Perdana Menteri Swedia, Stefan Lovfen.




(fyk/rns)