Tercukupinya vitamin D bisa membuat tubuh terhindar dari risiko terpapar COVID-19 dengan kondisi yang parah atau severe. Hal ini terungkap dari laporan terbaru yang dipublikasikan di The Lancet.
Dalam jurnal ilmiah tersebut, tim peneliti membahas kemungkinan bahwa vitamin D dapat menawarkan perlindungan terhadap infeksi virus corona (SARS-CoV-2) dan sindrom pernapasan akut parah. Dari meta-analisis uji coba terkontrol secara acak yang dilakukan dari tahun 2007 hingga 2020, terungkap vitamin D memiliki efek perlindungan terhadap infeksi saluran pernapasan akut.
Para peneliti mengamati faktor risiko dari COVID-19 yang parah mirip dengan mereka yang mengalami defisiensi vitamin D di antaranya obesitas, orang tua, dan etnis kulit hitam atau Asia. Mereka berhipotesis, suplementasi dengan vitamin D dapat menjadi pelindung, pencegahan, atau terapi terhadap COVID-19.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penelitian sebelumnya menyelidiki hubungan antara tingkat sirkulasi 25-hidroksivitamin D (25 (OH) D), yang merupakan penanda status vitamin D tubuh, serta tingkat keparahan infeksi Sars-CoV-2. Ketika konsentrasi 25 (OH) D lebih rendah, risiko atau kerentanan terhadap COVID-19 meningkat. Selain itu, seperti dikutip dari News Medical, penelitian tersebut mengungkapkan bahwa keparahan COVID-19 meningkat ketika tingkat vitamin D dalam tubuh rendah.
Meski vitamin D dikenal sebagai 'vitamin sinar matahari' karena tubuh dapat memproduksi vitamin D dengan bantuannya, vitamin D juga ditemukan dalam banyak makanan. Ini dia beberapa sumber vitamin D terbaik dari makanan:
1. Ikan, seperti makarel, tuna dan salmon
2. Jamur
3. Susu, yogurt, dan variasi makanan dari susu lainnya
4. Telur
5. Susu kedelai
6. Jeruk
7. Oatmeal
(ask/rns)