Sampai saat ini memang negara yang menerapkan jaringan generasi kelima tersebut masih terhitung dengan jari, di antaranya Korea Selatan, Inggris, China, Swiss, dan Amerika Serikat. Cakupannya pun belum luas.
Dirjen Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika Kementerian Kominfo Ismail mengatakan bahwa pemerintah ingin menggulirkan layanan 5G ini di momen yang tepat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita tidak mau buru-buru, tetapi jangan telat juga," kata Ismail menjelaskan di Indotelko Forum, Jakarta, Rabu (27/11/2019).
Kendati begitu, Kominfo seperti disampaikan Ismail tengah mengkaji sebelum mengimplementasikan 5G. Ada empat hal yang dipertimbangkan pemerintah, momentum yang tepat untuk masuk ke pasar, mendorong infrastructure sharing, meminta operator menyiapkan model bisnis inovatif dan bermanfaat buat masyarakat, serta terakhir kolaborasi dan perluasan.
"Lalu, kami juga mendorong infrastructure sharing untuk menekan 40% cost karena 5G ini terkait akses jaringan. Sebelum 5G, kami ingin melihat formulasi demand, supply, dan ekosistemnya harus dipertimbangkan secara keseluruhan," tutur Ismail.
Ismail menegaskan, pemerintah tidak mau sekadar mengikuti tren 5G yang didorong pemanfaatannya oleh negara-negara produsen dari jaringan 5G ini diproduksi.
"Kita nggak mau (implementasi) 5G, kalau nggak jadi tuan rumah (di negeri sendiri). Kita punya pasar besar, permintaan besar. Jangan sampai kita hanya belanja, dimanfaatkan, dan seterusnya, tetapi tidak bisa jadi tuan rumah," pungkasnya.
Baca juga: Menjajal Jaringan 5G Super Ngebut di China |
(agt/fyk)