WhatsApp Terancam Mudah Disadap Aparat
Hide Ads

Round-up

WhatsApp Terancam Mudah Disadap Aparat

Tim detikINET - detikInet
Rabu, 09 Okt 2019 06:47 WIB
WhatsApp Terancam Mudah Disadap Aparat
Foto: Photo by Rachit Tank on Unsplash
Jakarta - Pemerintah Amerika Serikat, Inggris dan Australia meminta Facebook membuka akses pada layanan pesannya. Alhasil WhatsApp terancam mudah disadap aparat.

Seperti diketahui demi menjaga privasi, Facebook menerapkan enkripsi atau penyandian end to end di layanannya. di mana hanya pengirim dan penerima yang dapat membaca sebuah pesan.

Benteng perlindungan tersebut belakangan diusik oleh penegak hukum di negara-negara superpower. Dengan alasan itulah pejabat Amerika Serikat, Inggris, dan Australia telah meminta agar penegak hukum bisa mengakses pesan ketika menginvestigasi teroris, pelaku pelecehan anak-anak, dan kriminal lainnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Departemen Kehakiman AS sudah lama tidak setuju dengan penyandian pesan karena dianggap menyulitkan pihaknya melawan kaum kriminal. FBI pernah meminta agar Apple membuka pesan iPhone milik tersangka pembunuhan massal di California, yang tidak dikabulkan oleh Apple.


Kini, Facebook jadi sasaran. Facebook seperti disebutkan telah menyediakan enskripsi pada WhatsApp dan rencananya akan memberikannya ke Messenger dan Instagram. Ini yang ditentang penegak hukum di AS dan sekutunya.

Bahkan tak menutup kemungkinan penyandian di WhatsApp diminta dilucuti karena otoritas meminta ada akses backdoor bagi mereka kala menginvestigasi sebuah kejahatan. Jika Facebook ngeyel, maka masyarakat umum yang bisa kena akibatnya.

"Perusahaan tak seharusnya mendesain sistem untuk menghindari akses pada konten, mencegah investigasi kriminalitas yang paling serius. Ini mengakibatkan warga terpapar risiko dengan menurunkan kemampuan perusahaan mendeteksi dan merespons konten ilegal," tulis Jaksa Umum Amerika Serikat, William Barr dalam suratnya bersama pejabat Inggris dan Australia.


Kini, Facebook jadi sasaran. Facebook seperti disebutkan telah menyediakan enskripsi pada WhatsApp dan rencananya akan memberikannya ke Messenger dan Instagram. Ini yang ditentang penegak hukum di AS dan sekutunya.

Bahkan tak menutup kemungkinan penyandian di WhatsApp diminta dilucuti karena otoritas meminta ada akses backdoor bagi mereka kala menginvestigasi sebuah kejahatan. Jika Facebook ngeyel, maka masyarakat umum yang bisa kena akibatnya.

"Perusahaan tak seharusnya mendesain sistem untuk menghindari akses pada konten, mencegah investigasi kriminalitas yang paling serius. Ini mengakibatkan warga terpapar risiko dengan menurunkan kemampuan perusahaan mendeteksi dan merespons konten ilegal," tulis Jaksa Umum Amerika Serikat, William Barr dalam suratnya bersama pejabat Inggris dan Australia.


Pihak Facebook sendiri bertahan pada keinginannya untuk menjaga privasi pesan dengan enkrispi dan di sisi lain berusaha memastikan keamanan masyarakat dengan cara lain, bukan dengan memberi akses backdoor.

"Terkait rencana itu, kami berkonsultasi dengan pakar keamanan anak, pemerintah, dan perusahaan teknologi serta menyusun tim dan teknologi canggih sehingga kami bisa memakai semua informasi yang tersedia untuk membantu keamanan warga," sebut Facebook.

"Enkripsi end to end telah melindungi pesan miliaran orang tiap hari. Teknologi ini makin banyak dipakai di industri komunikasi dan sektor perekonomian penting lain. Kami melawan upaya pemerintah untuk membuat backdoor karena akan mengganggu privasi dan keamanan orang," imbuh mereka.

'WhatsApp Cs Rentan Bahayakan Anak-anak'

Foto: Justin Sullivan/Getty Images
Direktur FBI, Christopher Wray, menyatakan keinginan Facebook membenamkan enkripsi end to end pada semua layanan pesannya akan membahayakan anak-anak. Pasalnya, WhatsApp, Messenger maupun Instagram semakin memudahkan pelaku pelecehan dan predator seks yang mengincar anak-anak.

Menurut dia, rencana Facebook itu akan membuat munculnya 'ruang yang tidak berhukum'. Otoritas pun tidak dapat berbuat apa-apa untuk mendeteksi pelaku kejahatan maupun korban.

"Kita akan kehilangan kemampuan untuk menemukan anak-anak yang perlu diselamatkan. Kita tidak akan bisa menemukan orang-orang jahat," katanya, dikutip detikINET dari Reuters.

WhatsApp saat ini sudah dibekali enkripsi end to end, sehingga tidak ada yang dapat mengakses pesan kecuali pengirim dan penerima. Nah, layanan Instagram dan Facebook Messenger rencananya bakal diberikan fitur serupa.

Facebook dengan teknologinya telah melaporkan ada 16 juta eksploitasi anak-anak di platformnya. Angka itu diperkirakan turun sampai 70% seandainya teknologi enkrispi diterapkan di seluruh layanan.

Seperti diberitakan, pejabat Amerika Serikat, Inggris, dan Australia telah meminta agar penegak hukum bisa mengakses pesan ketika menginvestigasi teroris, pelaku pelecehan anak-anak, dan kriminal lainnya.

Maka, tak menutup kemungkinan penyandian di WhatsApp diminta dilucuti karena otoritas meminta ada akses backdoor bagi mereka kala melakukan penyelidikan sebuah kejahatan yang melibatkan pesan di WhatsApp.

Amnesty International Gerah WhatsApp Mau Dimata-matai Pemerintah

Foto: Chris Ratcliffe/Bloomberg
Pemerintah Amerika Serikat, Inggris dan Australia meminta Facebook membuka akses pada layanan pesannya semacam WhatsApp, Instagram dan Messenger jika dibutuhkan untuk investigasi kejahatan. Lembaga Amnesty International pun memprotesnya.

"Mengejutkan ketika pemerintah ingin membalikkan perlindungan keamanan yang sudah ada untuk miliaran orang yang menggunakan WhatsApp dan Facebook Messenger," tulis Joe Wetsby dari Amnesty International.

Mereka pun mendukung ketegasan Facebook untuk menolak permintaan tersebut. Pasalnya, perlindungan privasi dengan enskripsi adalah hak asasi manusia.

"Facebook sudah benar untuk melawan upaya menyusup komunikasi privat. Pemerintah salah jika berpikir mengganggu teknologi enkripsi adalah upaya keamanan yang berguna," tandas Joe.

"Enkripsi itu vital untuk melindungi hak asasi manusia secara online. Sederhananya, dunia tanpa enkripsi yang aman akan membuat tiap orang lebih tidak aman. Proposal backdoor berulangkali menunjukkan bahwa hal itu tidak bekerja," sebutnya lagi.

"Memperlemah enkripsi aplikasi komersial populer menurunkan hak miliaran orang biasa. Harus diingat bahwa setiap orang yang berniat melakukan kejahatan atau teroris bisa memakai layanan enkripsi yang lain," tambah Joe.

"Pemerintahan yang represif sudah menerobos komunikasi privat orang biasa, jurnalis dan aktivis HAM, kadang dengan konsekuensi mematikan. Enkripsi harus dilihat sebagai upaya keamanan dan privasi dasar, sama dengan pagar di rumah orang," pungkas dia.

Ini Bahayanya Jika Pesan WhatsApp Disadap Aparat

Foto: Dok. REUTERS/Thomas White/File Photo
Otoritas Amerika Serikat, Inggris, dan Australia berharap Facebook menyediakan akses backdoor pada layanan pesannya seperti WhatsApp demi memudahkan investigasi kasus kejahatan. Tapi disediakannya pintu belakang itu dapat menimbulkan konsekuensi negatif.

"Sebuah backdoor seperti meninggalkan kunci di balik keset. Sekali seseorang tahu soal itu, siapapun dapat berjalan masuk," kata Profesor Alan Woodward, pakar sekuriti di University of Surrey yang dikutip detikINET dari BBC.

Artinya, hacker lebih mudah masuk ke sistem yang memiliki akses backdoor. Belum lagi jika aparat menyalahgunakan wewenang mengakses pesan.

Pernyataan senada dikemukakan oleh Amnesty International. "Proposal backdoor berulangkali menunjukkan itu tidak bekerja. Tak ada jalan tengah, seandainya penegak hukum dimungkinkan mengakali enkripsi, maka tiap orang bisa," ujar mereka.

Pemerintah bisa saja meminta Facebook mengubah arsitektur layanan pesan sehingga sandinya bisa dipecahkan. Namun demikian, hal itu berpotensi mewujudkan pengintaian massal.

"Itu tepatnya yang terjadi sebelum Snoweden mengungkapnya dan reaksi dari penyedia layanan adalah menyediakan penyandian menyeluruh sehingga mereka tidak bisa mengungkap kuncinya atau memecah sandi pesan, bahkan meskipun mereka menaati hukum," kata Woodward.

Artinya, desain WhatsApp harus banyak diubah untuk memenuhi keinginan aparat. Tak heran jika Facebook menegaskan takkan menuruti permintaan tersebut dengan alasan melindungi privasi dan mungkin juga, takut ditinggalkan para usernya.

Tanggapan Mark Zuckerberg Soal WhatsApp Mau Disadap

Foto: Reuters
Otoritas Amerika Serikat, Inggris dan Australia melayangkan surat pada Facebook agar menghentikan niat untuk membenamkan teknologi penyandian di layanan pesannya. Mark Zuckerberg selaku pendiri Facebook pun memberikan tanggapannya soal isu ini.

Zuck-lah yang berniat agar Instagram dan Facebook Messenger dibekali penyandian atau enkripsi end to end ala WhatsApp. Menurut aparat, itu berpotensi membuat pelaku kejahatan lebih leluasa.

Selain diminta setop melakukan penyandian, Facebook juga diharap memberi akses backdoor, sehingga pesan bisa disadap atau diakses oleh aparat saat melakukan investigasi kejahatan tertentu.

Dalam pernyataannya, Zuck menyadari bahwa kejahatan seperti eksploitasi anak bisa menjamur seandainya seluruh layanan pesan Facebook disandi. Namun demikian, ia akan menempuh cara lain untuk melawannya, bukan dengan menghentikan rencana enkripsi.

"Ketika kami memutuskan apakah akan meneruskan penyandian end to end ke seluruh aplikasi berbeda, hal inilah yang paling berat bagi saya," kata Zuck yang dikutip detikINET dari Reuters.

Ia mengakui jika penyandian diberlakukan, maka konten tidak bisa diakses dan upaya perlindungan anak bisa lebih sulit. Namun demikian, Zuck optimistis Facebook bisa mengidentifikasi predator seks meskipun sistem disandi.

Teknologi yang akan digunakan sama seperti saat melawan campur tangan asing dalam pemilu. Misalnya dengan melihat pola aktivitas pengiriman pesan, bukan dengan melihat pesannya.

Agaknya, Facebook tidak akan menghentikan rencana penyandian walau diprotes aparat dan takkan memberikan akses 'pintu belakang'. "Kami melawan upaya pemerintah untuk membuat backdoor karena akan mengganggu privasi dan keamanan orang," kata pihak Facebook di kesempatan sebelumnya.

Halaman 2 dari 5
(fyk/afr)