Dalam database tersebut berisi sejumlah informasi seperti nomor telepon, ID Facebook, dan ada juga yang berisi nama, jenis kelamin, serta negara asal. Data ini sepertinya dikumpulkan dari platform media sosial besutan Mark Zuckerberg tersebut.
Peneliti keamanan bernama Sanyam Jain itu menyebut 133 juta informasi di database itu berasal dari Amerika Serikat, 18 juta dari Inggris, dan 50 juta dari Vietnam. Jain menemukan database itu di sebuah server yang tak terlindungi, dan tak membutuhkan password untuk memasukinya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Facebook pun angkat bicara mengenai data tersebut, dan menurut mereka kumpulan data itu sudah jadul. Mereka pun memastikan kumpulan data itu kini sudah dihapus.
"Data ini sudah tua dan sepertinya berisi informasi yang diambil sebelum kami membuat perubahan pada tahun lalu untuk menghilangkan fitur mencari orang menggunakan nomor telepon," ujar juru bicara Facebook dalam keterangannya.
"Data tersebut sudah dihapus dan kami tak melihat adanya bukti bahwa ada akun Facebook yang terkompromi. Masalah ini sudah pernah dijelaskan di postingan Newsroom pada 4 April 2018 oleh Chief Technology Officer Facebook," lanjutnya.
Facebook juga mengaku kalau banyak informasi di database tersebut yang bertumpuk alias terduplikasi. Jadi, sebenarnya jumlah informasi yang ada itu tak sampai setengahnya dari 419 juta, dan mereka pun memastikan sudah melakukan sejumlah perubahan untuk mengurangi risiko adanya data scraping dari platform mereka.
(asj/krs)