Di tengah euforia kegembiraan saling menertawakan gambar "keculunan" masa lalu ini, ada pula yang menyoroti potensi bahaya keamanan yang mengintai di balik tantangan tersebut.
Adalah penulis teknologi Kate O'Neill yang mengemukakan teori bahwa tantangan #10YearsChallenge ini merupakan bentuk panen data foto, yang bisa dimanfaatkan untuk menguji algoritma teknologi pengenalan wajah atau usia seseorang lewat foto.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dikatakan O'Neill, viralnya hashtag #10yearschallenge memudahkan orang lain mendapatkan foto yang dibagikan. Mungkin saja orang-orang tertentu akan memanfaatkan hal itu untuk tujuan yang tidak relevan.
Demikian juga ketika digunakan untuk menguji algoritma teknologi pengenalan wajah. Orang bisa menggunakannya untuk berbagai macam tujuan, dari yang "remeh" seperti untuk menarget iklan yang lebih relevan demi meraup keuntungan, hingga disalahgunakan untuk kejahatan.
"Penggunaan pengenalan wajah secara luas masuk akal dan menunjukkan tren yang harus disadari orang. Sebaiknya pertimbangkan potensi kedalaman dan luasnya jangkauan data pribadi yang kita bagikan tanpa syarat," kata O'Neill.
Jadi, Amankah #10YearsChallenge?
Pendapat berbeda disampaikan pakar keamanan dari Vaksincom, Alfons Tanujaya. Menurutnya, tantangan menampilkan foto lama 10 tahun lalu itu tidak berisiko terhadap keamanan data.
"Itu hanya foto lama dan foto baru yang digabungkan, lalu diposting dengan hashtag #10yearschallenge. Tidak apa-apa," kata Alfons, dihubungi detikINET, Rabu (16/1/2019).
Alfons mengingatkan, lucu-lucuan di media sosial (medsos) akan mengancam keamanan jika bentuknya adalah aktivitas yang meminta akses ke akun medsos kita, seperti kuis-kuis 'Nasihat Ibu Susi' yang sempat viral beberapa waktu lalu.
"Kalau ada apps atau site-nya, itu yang harus diperhatikan. Biasa celah keamanannya di situ," sebutnya.
Kecurigaan hashtag #10yearschallenge digunakan untuk panen data dan menyempurnakan algoritma pengenalan wajah pun menurutnya tidak relevan.
"Data sekarang sudah berlebihan dan tidak kurang kalau untuk data seperti yang dimaksudkan. Data untuk itu sudah bisa didapatkan dan tidak perlu pakai #10yearschallenge untuk menyempurnakan algoritma face recognition," jelasnya.
"Intinya, kalau ada yang suruh kita pakai-pakai apps atau harus masuk site tertentu, itu yang harus dihindari. Kalau semua dari kita, dari sisi security komputer, aman," sambungnya.
Dikatakannya, viral #10yearschallenge adalah fenomena lucu-lucuan yang mengingatkan Facebook dulu begitu menyenangkan. "Membantu kita throwback dan introspeksi," ucap Alfons.
(rns/krs)