Seperti diketahui, Gerhana Bulan Total tersebut berlangsung di Indonesia pada 28 Juli dini hari. Terjadinya peristiwa alam itu karena posisi Matahari, Bumi, dan Bulan berada di satu garis lurus yang sama. Sehingga sinar Matahari tidak dapat mencapai Bulan karena terhalangi oleh Bumi.
Berbeda dengan Gerhana Matahari, pada peristiwa Gerhana Bulan Total ini masyarakat tidak perlu menggunakan alat khusus untuk melindungi mata ketika ingin melihat momen tersebut secara langsung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya, Gerhana Bulan Total pernah terjadi pada 31 Januari kemarin yang durasinya satu jam 16 menit. Kini kembali lagi dengan daya tarik berupa durasi fase total gerhana yang mencapai satu jam 43 menit atau lebih lama 27 menit dari sebelumnya.
![]() |
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) menyebutkan Gerhana Bulan Total pada 28 Juli dini hari nanti itu merupakan yang terakhir pada tahun ini untuk wilayah jangkauan Indonesia.
"Fenomena ini adalah yang terakhir di tahun 2018," kata Rhorom Priyatikanto, Peneliti Bidang Astronomi dan Astrofisika Pusat Sains Antariksa LAPAN saat dihubungi detikINET, Selasa (3/7/2018).
Sementara untuk kejadian serupa, LAPAN mengatakan bahwa itu bisa dilihat di Indonesia pada tanggal 26 Mei 2021. Artinya, butuh waktu kurang lebih tiga tahun untuk menanti kembali menyaksikan pertunjukkan alam di malam hari tersebut.
"Uniknya, Gerhana Bulan Total 2021 nanti terjadi saat bulan terbit di ufuk timur saat petang," ungkap Rhorom. (agt/afr)