Pasca Kalah di Asia Tenggara, Uber Kembali Membara
Hide Ads

Pasca Kalah di Asia Tenggara, Uber Kembali Membara

Muhamad Imron Rosyadi - detikInet
Selasa, 10 Apr 2018 18:04 WIB
Perlengkapan Uber diobral pasca akuisisi oleh Grab. (Foto: Rifkianto Nugroho)
Jakarta - Dengan dilepasnya unit bisnis di Asia Tenggara, praktis membuat Uber harus melakukan ekspansi untuk memperkuat posisi mereka di sejumlah pasar global.

Setelah kekalahannya di Asia Tenggara yang ditandai dengan dibelinya seluruh unit bisnisnya oleh Grab, Uber kini mulai serius melakukan ekspansi di berbagai pasar global. Dua diantaranya adalah Australia dan Amerika Serikat.

Untuk negara yang disebut pertama, Uber menyebut bahwa Negeri Kangguru itu merupakan salah satu pasar utamanya karena ada lebih dari 85 ribu mitra pengemudi dan tengah melakukan investasi besar di sana. Salah satunya dengan merilis layanan Uber Pool di Sydney pada 3 April lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami tengah berinvestasi besar di Australia. Kami pikir platform berbagi tumpangan diadopsi dengan baik di sini, dan kami masih punya ruang yang cukup besar untuk tumbuh," ujar Henry Greenacre, General Manager Uber untuk Australia dan Selandia Baru.



Ditambahnya layanan Uber di Australia sekaligus juga menjadi usaha mereka dalam bersaing dengan pemain lain di sektor ride-sharing. Dua pesaing besar Uber di Australia adalah perusahaan lokal bernama GoCatch dan platform asal India bernama Ola, yang baru saja merilis layanannya di Perth dan Sydney.

Selain itu, Uber juga baru saja mengumumkan pihaknya telah membeli Jump Bikes, yaitu layanan berbagi sepeda listrik. Hal ini dilakukan untuk memberikan para pelanggannya di Amerika Serikat sebuah alternatif transportasi selain mobil.

"Kesepakatan ini merupakan usaha Uber memberikan cara tercepat atau paling mudah dalam bepergian dibanding mengendarai sepeda motor ataupun menaiki subway," ujar CEO Uber, Dara Khosrowshahi, sebagaimana detikINET kutip dari Reuters, Selasa (10/4/2018).



Kegiatan akuisisi ini akan membuat Uber menerima lebih dari 250 sepeda dari Jump Bike yang tersedia di San Francisco dan Washington serta sekitar 100 karyawan dari perusahaan tersebut.

Dengan semakin luasnya layanan yang dimiliki Uber, hal tersebut bisa menjadi nilai tambah bagi platform ride sharing tersebut dalam bersaing dengan Lyft. Terlebih, Lyft juga telah menjalin kolaborasi dengan Didi Chuxing, perusahaan asal China yang berhasil menyingkirkan Uber di pasar Negeri Tirai Bambu pada 2016 lalu. (rns/rns)