Drama Mesin CEIR Penuh yang Bikin Ponsel Baru Terancam
Hide Ads

Round up

Drama Mesin CEIR Penuh yang Bikin Ponsel Baru Terancam

tim - detikInet
Senin, 12 Okt 2020 12:50 WIB
Aturan IMEI segera diimplementasikan pada 24 Agustus 2020 untuk suntik mati ponsel BM alias black market di Indonesia.
Foto: Rifkianto Nugroho
Jakarta -

Aturan IMEI untuk suntik mati ponsel BM Cs sudah berjalan. Namun rupanya dalam perjalan kebijakan tersebut, membuat sejumlah produsen smartphone ketar-ketir kalau produk terbarunya tidak bisa mendapatkan sinyal, dampak dari penuhnya kapasitas mesin CEIR.

Untuk menjalankan aturan IMEI ini, yang mana perangkat ilegal jenis Handphone, Komputer genggam, dan Tablet (HKT) tidak akan menerima layanan telekomunikasi dari operator seluler dengan memanfaatkan dua alat, yaitu Equipment Identity Registration (EIR) dan Central Equipment Identity Register (CEIR).

Berlaku pada 18 April lalu, aturan IMEI baru optimal berjalan 15 September. Belum sebulan, kebijakan ini mendapat sorotan setelah kapasitas CEIR penuh dan sejumlah produsen ponsel mengaku tidak bisa menjual produk terbarunya ke pasaran.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berikut alur drama mesin CEIR yang bikin ponsel baru terancam tidak memiliki sinyal.

Kapasitas mesin CEIR Penuh

ADVERTISEMENT

Isu ini muncul dari pernyataan Kementerian Perindustrian pada akhir September kemarin, yang mengatakan, kapasitas mesin CEIR untuk menampung database IMEI nasional penuh.

Alhasil, seperti disampaikan Direktur Industri Elektronika dan Telematika (IET) Kemenperin Dini Hanggandari, upload IMEI terbaru ke CEIR disetop ketika itu.

"Nah, sekarang ini, yang perlu pelaku usaha ketahui bahwa TPP Produksi dan TPP Impor itu berdasarkan Permen Kemenperin nomor 108, wajib memberikan realisasi dari rencana impor dan produksi tersebut. Namun, sampai saat ini kami belum mendapatkan realisasi tersebut," ujar Dini dalam diskusi virtual yang dikutip dari channel YouTube Sobat Cyber Indonesia Official.

"Data TPP yang ada selama ini kita sudah masukkan ke CEIR. Akibatnya, (kapasitas-red) CEIR itu penuh, ditakutkan akan down karena terlalu banyak, CEIR ini untuk sementara tidak dapat menerima TPP IMEI yang berasalkan dari Kemenperin yang terbaru. Jadi, saat ini kesulitan," ucapnya menambahkan.

Berdasarkan informasi yang dihimpun detikINET, CEIR memiliki kapasitas yang bisa menampung 1,2 miliar database IMEI, di mana 1,1 miliar sudah di upload ke mesin tersebut.

Mesin CEIR Dibersihkan

Untuk memenuhi mengatasi persoalan ini, pemerintah lantas membersihkan nomor-nomor IMEI dari perangkat HKT yang dinilai sudah tidak terpakai lagi. Sehingga, nomor IMEI dari perangkat terbaru bisa menampung di database IMEI nasional tersebut.

Dini mengatakan Kemenperin bersama Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) tengah mencari solusi dari penuhnya kapasitas CEIR ini. Opsi yang saat ini mencuat adalah membersihkan nomor IMEI dari perangkat yang sudah tidak aktif, sehingga CEIR hanya dapat memewadahi IMEI yang aktif.

"Ada beberapa opsi. Operator juga harus melihat IMEI mana yang aktif dan yang tidak aktif, jadi hanya IMEI yang aktif saja tetap ada CEIR," jelasnya.

"Kemenperin juga sudah membuat surat untuk pelaku usaha untuk mengajukan laporan realisasi karena ini akan dimasukkan ke CEIR yang ada di TPP Produksi dan TPP Impor. Selama ini kan mengajukan TPP tapi realisasi kurang diperhatikan. Kapasitas CEIR ini terbatas, di mana yang memasukkan ini tidak hanya Kemenperin, ada Bea Cukai," pungakasnya.

Bikin Vendor Ponsel Kewalahan

Kapasitas mesin CEIR yang menampung database IMEI masih penuh, membuat vendor ponsel ketar-ketir tidak bisa jualan perangkat barunya.

Sumber detikINET mengungkapkan kalau ada vendor ponsel terpaksa merumahkan karyawannya karena belum bisa berjualan produk baru. Bukan karena tidak ada produk, melainkan karena IMEI ponsel mereka belum terdaftar di CEIR. Ditakutkan, ketika dijual konsumen tidak mendapatkan sinyal.

detikINET coba menanyai permasalahan ini pada vendor ponsel lain yang dalam waktu dekat akan merilis perangkat barunya di Indonesia. Dihubungi via telpon, PR Manager Oppo Indonesia Aryo Meidianto mengatakan kekhawatiran yang sama.

Bila IMEI produk barunya belum bisa terekam di mesin CEIR, Oppo tidak bisa menjual ponselnya itu. Karena ditakutkan konsumen yang membeli tidak akan mendapatkan sinyal dari operator di Tanah Air.

Masalahnya persoalan ini tidak semata terkait kenyamanan pelanggan. Tapi bisa berdampak besar pada bisnis ponsel di Indonesia.

"Jika ponsel tidak dapat sinyal, pemilik atau pegawai toko otomatis tidak bisa menjual barang. Kalau barang tidak terjual otomatis pabrik pun tidak bisa memproduksi. Kalau toko tidak bisa menjual ponsel dan pabrik tidak memproduksi, tentu akan besar dampak pada kelangsungan bisnis, apa lagi di masa pandemi seperti ini," tutur Aryo.

Belum lagi jika ponsel tidak dapat sinyal, sering kali konsumen menyalahkan vendor. Padahal vendor telah mendaftarkan IMEI ke mesin CEIR.


Solusi dari Pengamat

Menurut pengamat gadget Lucky Sebastian, sebaiknya pencegahan layanan telekomunikasi terhadap perangkat HKT ini baiknya dibuka dulu untuk sementara waktu.

"Sementara bisa di-loss dulu kan. Sampai selesai CEIR-nya," ujar Lucky saat dihubungi detikINET, Jumat (9/10/2020).

"Cara paling mudah kan di-loss (lepas) dulu lagi, nanti sudah siap kunci lagi, ulang lagi seperti reset dari awal," pungkas Lucky.

Menurutnya cara ini adalah cara yang paling mudah dan tak mengganggu industri. Terlebih lagi, akhir tahun adalah salah satu waktu utama bagi industri untuk menggenjot penjualan.

"Belum lagi kita masih butuh banyak ponsel buat PJJ (pembelajaran jarak jauh-red) dan WFH (work from home-red), kan efeknya jadi panjang," tambahnya.


Disediakan oleh Operator

Kedua alat tersebut diketahui merupakan pengadaan yang dibebankan kepada operator seluler. Menurut pandangan pengamat gadget Lucky Sebastian, hal ini cukup aneh. Pasalnya perangkat EIR yang harganya tinggi, tapi sebenarnya operator tak ada kepentingan dalam aturan ini alias tak diuntungkan juga tak dirugikan.

"Dari sisi pengadaan perangkat keras juga cukup aneh menurut pandangan saya yang awam, seperti perangkat EIR dan CEIR yang harganya tinggi, tapi dibebankan kepada operator," ujar Lucky.

"Sedangkan kalau sistem berjalan, yang diuntungkan bukan operator, karena operator kan tidak masalah siapa yang berjalan di networknya, mau ponsel BM, mau ponsel resmi," tambahnya.

Ditambahkannya, pihak yang sebenarnya berkepentingan dan diuntungkan dari aturan ini sebenarnya adalah brand manufaktur dan pemerintah.

Kemenperin Menjawab Permasalahan

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengungkapkan persoalan penuhnya kapasitas CEIR untuk menampung database IMEI akan segera diatasi segera dalam waktu sekitar 1-2 hari ke depan.

Pernyataan tersebut diungkapkan pada Sabtu (10/10). Disampaikan Direktur Jenderal Industri Logam Mesin Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Taufik Bawazier, pemerintah saat ini sedang melakukan proses cleansing atau pembersihan di mesin CEIR.

"Sedang di-cleansing (mesin CEIR) antara TPP (Tanda Pendaftaran Produk) IMEI yang betul-betul realisasi dan ada di pasar, bukan semua TPP yang akan (rencana)," ujar Taufik kepada detikINET, Sabtu (10/10/2020).

Taufik menyebutkan bahwa Direktorat Industri Elektronika dan Telematika (IET) Kemenperin telah menindaklanjuti persoalan penuhnya kapasitas mesin CEIR ini.

Diklaim Tidak Ganggu Penjualan Vendor

Kemenperin juga menyebutkan penuhnya kapasitas dan proses pembersihan database CEIR ini tidak mempengaruhi penjualan vendor ponsel.

"Tidak mempengaruhi," ujar Taufik dengan tegas kepada detikINET, Sabtu (10/10/2020).

"Tidak ada hubungannya. Malah dengan (aturan) IMEI ini bisa berjualan lebih baik lagi. Ponsel dalam negeri bisa tumbuh lebih baik lagi," ungkap Dirjen ILMATE.

Untuk menyelesaikan persoalan penuhnya kapasitas mesin CEIR ini, disampaikan Taufik, pemerintah sedang membersihkan nomor IMEI dari perangkat Handphone Komputer genggam, dan Tablet (HKT) yang dinilai sudah tidak terpakai lagi. Pemerintah menyebutkan proses tersebut dengan cleansing.

Taufik menyebutkan bahwa vendor ponsel yang tidak bisa berjualan karena produk terbarunya belum terdaftar akibat penuhnya mesin CEIR, itu dinilai kekhawatiran yang berlebihan.

"Tidak sampai segitu, itu kekhawatiran berlebihan. Produsen dari produk ponsel yang dijual sekarang sedang koordinasi dengan tim CEIR (Kominfo dan Kemenperin) untuk menjamin agar ponselnya bisa dapat sinyal. Yang diberantas yang ilegal, kalau legal pasti aman," ungkap Taufik.


Kominfo Sebut Bisa Upload IMEI Baru Lagi

Berbeda dengan pernyataan Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mengatakan bahwa upload data IMEI di mesin CEIR sudah bisa dilakukan saat ini.

"Sudah bisa masukkan data lagi, sedang diproses oleh teman-teman untuk masukkan IMEI baru ke CEIR," ujar Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (Dirjen SDPPI) Kementerian Kominfo Ismail kepada detikINET, Sabtu malam (10/10).

Dengan sudah bisa di-upload lagi IMEI terbaru ke CEIR, Ismail menegaskan kalau persoalan kapasitas mesin database IMEI tersebut sudah teratasi.

"Bisa dianggap demikian (kapasitas mesin CEIR selesai). Tapi, kami tetap meminta data IMEI yang dimasukkan adalah data riil yang akan dijual ke pasar (publik)," kata Ismail.

Terkait sejumlah vendor HP yang beroperasi di Indonesia terancam tidak bisa mendapatkan sinyal pada produk terbarunya, karena barang tersebut tidak bisa didaftarkan ke CEIR yang sudah penuh, Ismail menanggapi kalau kabar tersebut sudah diselesaikan dengan dibenahinya kapasitas mesin CEIR.

Ismail menambahkan beberapa hari ini sedang dilakukan pembenahan sistem dan sekarang sudah dimasukkan lagi datanya. "Sedang proses, mohon bersabar," sebutnya.

Halaman 2 dari 2
(agt/fay)