Game Upin & Ipin Universe Dikritik Gamer, Ini Masalah dan Faktanya
Hide Ads

Game Upin & Ipin Universe Dikritik Gamer, Ini Masalah dan Faktanya

Panji Saputro - detikInet
Rabu, 30 Jul 2025 14:07 WIB
Game baru berjudul Upin & Ipin Universe resmi dirilis pada 17 Juli 2025. Gamer bisa memainkannya di berbagai macam platform, mulai dari PS4, PS5, Nintendo Switch, dan PC.
Game Upin & Ipin Universe. Foto: Streamline Studios
Jakarta -

Game Upin & Ipin Universe yang sempat trending di internet beberapa hari lalu, kini mendapat banyak kritik dari gamer. Berikut sederet masalah dan faktanya.

Upin & Ipin Universe dikembangkan oleh Streamline Studios, dan resmi dirilis pada 17 Juli 2025. Game ini bisa dimainkan di PS4, PS5, Nintendo Switch, dan juga PC (diunduh dari Steam dan Epic Games Store).

Saat diperkenalkan ke gamer, cukup banyak dari mereka yang antusias. Les Copaque Production mencatat, lebih dari 50 ribu orang yang sudah memasukkan game mereka ke keranjang belanjaan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lalu setelah rilis, popularitas Upin & Ipin Universe langsung meledak. Hal itu tak lepas dari sederet konten kreator yang secara tidak langsung mempromosikannya, dengan memainkannya di masing-masing kanal YouTube mereka.

Beberapa YouTuber kondang dari Tanah Air yang melakukan Streaming game ini seperti Windah Basudara dan Dyland Pros. Namun sayang, tak lama dari situ masalah mulai muncul.

ADVERTISEMENT

Ketenaran yang diperoleh pengembang dan pemilik linsensi animasi Upin & Ipin di awal, berujung dengan kemarahan gamer. Tidak sedikit yang kecewa dengan kualitas hingga harga yang ditawarkan.

1. Gamer Teriak Soal Harga Terlalu Mahal

Harga game Upin & Ipin Universe dinilai terlalu mahal. Banyak gamer yang menyatakan, kalau dengan harga segitu, mereka bisa mendapatkan game AAA yang kualitasnya jauh lebih bagus.

Sedikit informasi, game AAA merupakan permainan yang dibuat dan dipasarkan dengan anggaran yang sangat tinggi. Lalu jenis game ini biasanya diproduksi dan didistribusikan, oleh studio serta publisher besar hingga terkenal.

Dikutip dari Epic Games, seorang analis game senior di Omdia, James McWhirter, menjelaskan kalau game AAA menghabiskan biaya yang begitu besar, bahkan bisa menyamakan pengeluaran blockbuster. Dia pun mengambil contoh dari salah satu judul, yakni Cyberpunk 2077.

Cyberpunk 2077 menghabiskan biaya pengembangan hingga USD 174 juta atau sekitar Rp 2,8 triliun. Sementara dana untuk mempromosikan game tersebut diduga saat ini sudah melebih angka itu.

Menurut McWhirter, masih sedikit penerbit game AAA. Dirinya menyebutkan beberapa di antaranya seperti Activision Blizzard, Ubisoft, Square Enix, dan Warner Bros. Games yang mampu mengembangkan dan mempromosikan karya dengan skala sebesar itu.

Lebih lanjut, selain Cyberpunk 2077, McWhirter turut menguraikan game AAA lain yang tidak kalah populer dan bagus, termasuk Red Dead Redemption 2, The Last of US, dan Madden NFL.

Hasil penelusuran detikINET dari berbagai macam sumber, Rabu (30/7/2025), harga Read Dead Redemption 2 dan The Last of US saat pertama kali diperkenalkan ke penggemar ialah USD 59,99 atau sekitar Rp 982 ribu (pakai kurs dolar 30 Juli 2025).

Namun apabila mengkoversikannya sesuai dengan tahun peluncuran, harganya tidak semahal itu. Read Dead Redemption 2 rilis akhir tahun 2019. Apabila harga USD 59,99 ditukar pada waktu yang sama, dalam konteks ini dolar di akhir 2019 sebesar Rp 13.880, maka harganya sekitar Rp 832 ribu. Selisihnya sekitar Rp 150 ribu, jika harga jualnya dibandingkan dengan nilai tahun 2025.

Sementara The Last of Us, pertama kali menyambangi gamer pada pertengahan tahun 2013. Jika harga jualnya dikonversikan dengan tahun rilisnya, maka nilainya sekitar Rp 594 ribu.

Harga itu pun bila langsung mengacu pada penawaran globalnya. Seperti yang diketahui banyak gamer, ada aturan jual-beli game yang berbeda di masing-masing platform.

Salah satu contohnya ialah Steam. Di sini mereka menerapkan sistem regional pricing, sehingga harga jual game di Indonesia akan lebih murah berdasarkan beberapa indikator yang telah ditentukan.

Jadi biasanya platform tempat game ini dijual, akan menyesuaikan dengan mata uang negara tersebut dan juga daya beli masyarakatnya. Makanya harga game di Steam lebih murah bagi gamer di Indonesia. Cuma memang, perlu diingat kembali, setiap platform punya aturannya masing-masing dalam menetapkan harga.

Lantas bagaimana dengan harga game Upin & Ipin Universe? Berikut daftarnya di setiap platform ya.

  • PlayStation Store (PS4 dan PS5) - Rp 579 ribu
  • Nintendo Switch - USD 39,99 atau sekitar Rp 653.112
  • PC (Steam dan Epic Games Store) - Rp 654.452

Terkait hal ini, pihak Les Copaque Production pun telah memberikan tanggapan yang diunggah di kanal YouTube-nya. Salah satu pengarah kreatif di Les Copaque Production, Ahmad Razuri, menyatakan kalau harga yang ditawarkan tidak mahal.

2. Gamer Bilang Banyak Bug

Kekesalan gamer juga datang dari hasil penemuan sejumlah bug yang ada di dalam permainan. Pantauan detikINET dari berbagai macam sumber, menurut mereka masih banyak yang mesti diperbaiki.

"Udah mahal banyak bug lagi," tulis salah satu gamer di kolom review game ini di Steam.

Tidak hanya gamer Indonesia, tapi yang dari Malaysia pun mengeluhkan hal serupa. Salah satunya menganggap RM 170 merupakan harga yang tidak masuk akal. Lalu pengembangan dari Upin & Ipin Universe disebut mengecewakan, karena harga dan kualitas tidak berjalan beriringan.

Mengenai hal ini, Les Copaque Production juga sudah memberikan jawabannya. Creative Director Les Copaque Production Khairul Amran, berjanji akan memberikan pembaruan patch untuk mengatasi masalah bug yang terjadi.

"Sebelum game itu rilis, biasanya kita ada tes, kita ada beberapa layer tes, biasalah developer ada tes, even kita yang staf sendiri ada tes. Tapi kalau dibandingkan dengan pemain, contoh 100 ribu orang main bersamaan dalam satu game, lagi banyak benda yang dijumpai, kita akan atasi dari masa ke masa, which is kita akan update patch, biasanya game akan mengalami semacam hal itu. So, biasanya gamers paham akan hal ini," ujarnya.

Masalah lain yang memicu kekesalan gamer semakin besar berasal dari hak cipta game ini. Jadi sederet streamer yang melakukan streaming Upin & Ipin Universe tidak bisa memonetisasi kontennya.

Alasan mereka tidak bisa menghasilkan uang atau adsense, karena videonya terkena masalah copyright yang menyasar pada empat audio di dalam game. Lalu ini diperparah oleh tindakan sang pemilik game, yang mengambil sebagian footage streamer Indonesia untuk dijadikan materi promosi.

Namun saat ini video pendek yang sempat diungghah di media sosial Les Copaque Production itu sudah tidak ada. Kalau kalian mengecek di short YouTube Les Copaque Production, video terakhirnya ialah promosi game ini yang menampilkan karakter Opah.

Menyoal copyright, Ahmad sudah memberikan penjelasannya. Jadi musik yang terkena copyright itu merupakan keputusan dari publisher.

"Setiap produk kreatif yang kita lakukan, kita berhak untuk klaim ke atasnya, contoh dalam case adalah music lah. Jadi hak music dipegang oleh publisher. Nah publisher berhak untuk klaim copyright tersebut. Jadi saya juga akan kasih solusinya, salah satunya bisa di mute," imbuh Ahmad.

Lebih lanjut, Creative Content Les Copaque Production, Nur Naquyah Burhanuddin, mengaku sedang berupaya menyelesaikan masalah copyright. Dirinya pun bilang telah mengajukan permohonan maaf kepada Windah Basudara terkait hal tersebut, dan memastikan para konten kreator mendapatkan haknya.

"Les Copaque Production sudah bekerja sama dengan developer dan publisher musik dan juga dengan streaming-streaming platform, untuk mengembalikan monetisasi itu kepada video yang telah dibuat oleh para konten kreator ini, which is kita sangat berterima kasih, sebab dengan konten kreator yang streaming dia mempromosikan game ini secara tidak langsung," ucap Naquyah.

Kemudian masalah klip streamer yang diambil untuk kebutuhan promosi, pihak Les Copaque Production sudah mengakuinya. Menurut Naquyah, ini menjadi salah satu satu cara saling mengiklankan antara pemilik game dan para streamer.

"Dan memang betul kita mengambil klip-klip anda, sebab at the same time kite mempromosikan each other," ujar Naquyah.

4. Gaji Developer Tidak Dibayar

Dari tiga masalah itu, merembet ke mana-mana. Les Copaque Production diduga tidak membayar developer yang sudah membuat game Upin & Ipin Universe.

Namun ternyata informasi itu hoaks. Faktanya mereka sudah menggelontorkan uang jutaan ringgit supaya bisa menghasilkan game Upin & Ipin Universe.

"Ini adalah salah satu fake news yang sudah tersebar luas ya. Jadi game ini sudah di-planning selama tiga tahun, and then untuk studio tak bayar developer, kita sudah mengeluarkan 15 juta ringgit untuk bayar kepada developer untuk menghasilkan game ini. Karena kalau tidak bayar tak mungkin ada game ini pada hari ini," pungkas Naquyah.




(hps/fay)
Berita Terkait