Riot Games belum lama ini menggugat NetEase. Diduga bahwa game bertajuk Hyper Front yang diterbitkan oleh NetEase, melakukan tindakan plagiarisme terhadap Valorant.
Pemilik game League of Legends ini membawa kasus tersebut ke pengadilan di Inggris, Jerman, Brasil, dan Singapura. Hal itu disampaikan langsung oleh pengacara Riot Games, Dan Nabel, dilansir detikINET dari Polygon, Kamis (15/12/2022).
Dari informasi yang dipaparkan, tuntutan yang dilayangkan di setiap negara sedikit berbeda. Hanya saja, menurut Nabel, inti permasalahannya tetap serupa, yakni terkait meniru konten dari Valorant.
Dari gugatannya di Inggris, terlihat bahwa ada kemiripan pada bagian karakter, peta, senjata, skin senjata, dan charms. Bahkan Riot Games hingga membandingkannya dengan statistik senjata antara Valorant dengan Hyper Front.
Sebenarnya NetEase sendiri sudah sedikit memodifikasi game besutannya itu, sejak gugatan pertama Riot Games. Namun sayangnya, ternyata itu tak cukup dan mereka masih menganggap bahwa pelanggaran hak cipta lebih dari itu.
"Kami tidak berpikir bahwa mengubah warna kemampuan karakter atau sedikit memodifikasi tampilan visual mengubah fakta bahwa itu adalah pelanggaran hak cipta. Ini seperti pepatah lama, kamu bisa mengoleskan lipstik pada babi, tapi tetap saja babi," kata Nabel.
Diketahui kalau Riot Games saat ini sedang mencari pengadilan, untuk memaksa NetEase menutup Hyper Front. Tak sampai di situ, pemilik Valorant tersebut juga meminta ganti rugi substansial, di mana nominalnya belum diketahui.
Nabel memberi tahu, bahwa mereka tengah mengajukan masalah ini ke banyak pengadilan. Menurutnya setiap negara di dunia memiliki undang-undang yang berbeda-beda.
"Kami tidak ingin bergantung pada satu pasar tertentu untuk menyelesaikan masalah ini. NetEase adalah penerbit global, seperti kami. Kami ingin mereka tahu bahwa kami menangani masalah ini dengan sangat serius," pungkas Nabel.
Simak Video "Gugatan Riot Games ke Moonton soal Plagiarisme Ditolak Pengadilan AS"
[Gambas:Video 20detik]
(hps/fyk)