Serangan milisi Houthi di Yaman kepada kapal dagang yang memiliki afiliasi dengan Israel di Laut Merah semakin masif, sehingga membuat beberapa kapal dagang memiliki inisiatif baru. Langkah ini dilakukan dengan mematikan sinyal pelacakan kapal ketika melalui Laut Merah.
Dengan begitu, kapal dagang yang melintasi Laut Merah diharapkan tidak dapat terdeteksi dan terhindar dari serangan misil Houthi, seperti dilansir detikINET dari Business Insider.
Cara lain selain mematikan sistem pelacakan yang dilakukan kapal dagang untuk menghindari serangan Houthi adalah mengumumkan status 'Armed Guard on Board' yang mengartikan bahwa kapal tersebut membawa pasukan bersenjata.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perlu diketahui, Laut Merah merupakan penghubung antara Asia dan Eropa dengan menghubungkan Laut Mediterania ke Samudera Hindia. Jalur ini merupakan jalur dagang yang ramai dengan lalu lintas mencakup 12% perdagangan dunia.
Jika tidak menggunakan jalur tersebut, kapal dari Eropa yang akan ke Asia harus melewati bagian ujung selatan Afrika untuk masuk ke Samudera Hindia. Jalur ini memakan waktu 12 hari yang merupakan waktu yang sangat lama jika dibandingkan dengan jalur Laut Merah.
Serangan Houthi kepada kapal-kapal dagang di Laut Merah merupakan respon atas operasi Israel di Palestina. Houthi menyerang kapal-kapal dagang tersebut menggunakan drone dan rudal balistik yang dapat membuat kerusakan kecil sampai besar pada kapal dagang.
Dalam merespon hal tersebut, Angkatan Laut Amerika Serikat, Prancis dan Inggris yang berpatroli di wilayah itu juga memberikan bantuan. Mereka turut menjatuhkan misil dan drone yang akan menyerang kapal dagang.
Pentagon juga mengumumkan sebuah operasi bertajuk 'Prosperity Guardian' bersama Angkatan Laut AS dan Inggris untuk melindungi kapal dagang di wilayah tersebut.
"Ini adalah tantangan internasional yang menuntut tindakan kolektif," kata Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin.
(fyk/fyk)