Gonjang-ganjing yang melanda Twitter membuat banyak orang mulai mencari media sosial baru untuk pindah. Selain Mastodon yang sudah ada, kini ada Post yang dibuat oleh mantan CEO Waze Noam Bardin.
Bardin, yang memimpin Waze selama 12 tahun, membuat Post dan menyebutnya sebagai tempat yang aman untuk mendiskusikan ide, belajar dari para ahli, jurnalis, dan kreator individual, juga untuk bersenang-senang.
Dengan kata lain, yang dibuat oleh Bardin ini adalah Twitter beberapa tahun yang lalu, sebelum dipenuhi bot, spam, hoaks, dan berbagai hal negatif lain, demikian dikutip detikINET dari 9to5Google, Senin (21/11/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Post sendiri dideskripsikan sebagai "Social Platform for Real People, Real News, and Civil Conversations". Lalu pada laman LinkedIn Post dituliskan kalau platform ini mulai dibuat sejak Mei 2022 dan baru naik daun beberapa minggu ini.
Niat Bardin membuat Post seperti Twitter di masa lalu juga terlihat dari beberapa kalimat yang dituliskan pada postingan pembukanya.
"Ingatkah saat media sosial itu menyenangkan, memperkenalkan anda pada ide besar dan orang-orang keren, dan benar-benar membuat anda pintar? Ingatkah anda saat ini tidak membuang waktu anda dan membuat anda kesal atau sedih? saat anda bisa tak setuju dengan seseorang tanpa ancaman atau terhina? Kami ingin menghadirkan itu kembali lewat Post," tulisnya.
Soal fitur, Post akan mendukung postingan sepanjang apa pun yang bisa dikomentari, di-like, dibagikan, dan diposting ulang dengan tambahan opini anda. Bedanya dengan Twitter versi awal jelas ada pada panjang postingan, yang dulunya hanya terbatas pada 140 karakter.
Oh ya, ada satu lagi bedanya dibanding Twitter versi awal. Post sudah mendukung monetisasi, di mana pengguna bisa membeli artikel premium dari media massa. Pengguna Post juga bisa membaca konten dari berbagai sumber berbeda dengan tampilan antarmuka yang bersih tanpa perlu membuka situs lain.
Pengguna juga bisa memberi tip untuk kreator konten untuk membantu mereka dalam menciptakan konten lebih banyak, karena Post dilengkapi sistem pembayaran mikro yang terintegrasi.
Moderasi konten juga sesuatu yang kabarnya sangat diperhatikan, juga dibantu oleh komunitas atau crowdsourcing, sama seperti Waze yang data kemacetannya berasal dari para penggunanya.
Ada satu hal yang membuat pertumbuhan Post bisa terhambat, yaitu waiting list yang panjang untuk bisa mendaftar ke platform ini, yang salah satunya karena banyak fitur dasar Post masih dalam tahap pembuatan. Pada hari Minggu (20/11/2022), daftar tunggunya sudah mencapai 125 ribu dan baru ada 3500 pengguna yang akunnya sudah diaktifkan.
(asj/asj)