Joe Biden Peringatkan Rusia Soal Ancaman Senjata Nuklir
Hide Ads

Joe Biden Peringatkan Rusia Soal Ancaman Senjata Nuklir

Fino Yurio Kristo - detikInet
Kamis, 02 Jun 2022 09:15 WIB
President Joe Biden speaks about the mass shooting at Robb Elementary School in Uvalde, Texas, from the White House, in Washington, Tuesday, May 24, 2022, as first lady Jill Biden listens. (AP Photo/Manuel Balce Ceneta)
Joe Biden. Foto: AP Photo/Manuel Balce Ceneta
Washington -

Beberapa pejabat Rusia termasuk Presiden Vladimir Putin memberi ancaman penggunaan senjata nuklir. Hal itu tentu menjadi perhatian tersendiri dari Presiden Amerika Serikat, Joe Biden.

Pihak Rusia memang sudah beberapa kali mengutarakan pihaknya bisa saja menembakkan senjata nuklir ke negara NATO, terutama Amerika Serikat dan Inggris. Dalam kolomnya di New York Times, Joe Biden menyatakan AS pada saat ini tidak melihat indikasi Rusia benar-benar akan memakai nuklir.

AS juga tidak akan mengirimkan senjata jarak jauh ke Ukraina yang bisa mencapai wilayah Rusia agar eskalasi konflik dengan Ukraina tidak semakin meningkat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun dia menekankan ancaman Rusia itu berbahaya. "Retorika untuk mengerahkan pedang nuklir itu sendiri berbahaya dan sangat tidak bertanggung jawab," tulisnya seperti dikutip detikINET dari Politico.

"Biar saya perjelas, penggunaan apapun senjata nuklir dalam konflik ini dalam skala apapun akan benar-benar tidak bisa diterima oleh kami dan juga seluruh dunia dan akan memicu konsekuensi berat," tandas Joe Biden.

ADVERTISEMENT

Ancaman dari Rusia bahkan termasuk meluncurkan rudal teknologi terbaru seperti Sarmat yang berhulu ledak nuklir dan mampu menjangkau jarak sangat jauh. Apakah gertakan ini akan jadi kenyataan?

Andrey Kelin, Duta Besar Rusia yang berada di Inggris mengungkapkan bahwa negaranya tidak akan menggunakan senjata Nuklir Taktis di Ukraina. Hal ini mengingat ada aturan yang sangat ketat dalam pemakaiannya.

Ia mengatakan bahwa senjata semacam itu tidak digunakan dalam konflik seperti yang terjadi di Ukraina saat ini ini. Rusia mungkin akan memakainya tapi terutama ketika keberadaan negara sedang terancam




(fyk/afr)