Berbagai macam persenjataan canggih dikerahkan Rusia dalam serangannya ke Ukraina. Belum lama ini, Kementerian Pertahanan Rusia mengakui telah menggunakan rudal hipersonik bernama Kinzhal untuk menghancurkan gudang bawah tanah yang menyimpan persenjataan Ukraina.
"Sistem rudal penerbangan Kinzhal dengan rudal aerobalistik hipersonik menghancurkan gudang bawah tanah besar yang berisi rudal dan amunisi penerbangan di desa Deliatyn di wilayah Ivano-Frankivsk," kata Kementerian Pertahanan Rusia.
Kinzhal ini panjangnya dilaporkan sekitar 8 meter. Beberapa pakar persenjataan yakin bahwa tipe rudal semacam ini dapat terbang sampai kecepatan 6.000 kilometer per jam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kabarnya, inilah pertama kalinya Rusia menggunakan rudal semacam itu di medan laga. Jadi, apakah rudal hipersonik itu sebenarnya?
Setiap misil atau rudal yang mengalahkan kecepatan suara sedikitnya lima kali lipat atau kecepatannya Mach 5 atau lebih, bisa diklasifikasikan sebagai rudal hipersonik.
Seperti dikutip detikINET dari Eurasiantimes, Rabu (6/4/2022) rudal hipersonik bisa diubah arahnya meski sudah diterbangkan dan bermanuver dengan lincahnya. Selain itu, rudal semacam ini sulit dideteksi karena begitu cepatnya, bahkan disebut hampir tidak mungkin terlacak oleh radar dan sistem pertahanan udara modern.
Selain cepat, rudal hipersonik juga terbang cukup rendah, jauh lebih rendah dibandingkan misil balistik konvensional. Pada saat raudal hipersonik terdeteksi radar, ia sudah berada begitu dekat dengan targetnya sehingga sudah terlambat untuk menangkalnya.
Rudal hipersonik Rusia yang menyerang Ukraina ini ditembakkan dari udara, kemungkinan dari pesawat perang MIG-31. Dapat pula dilancarkan dari kapal atau kapal selam, dan bisa membawa hulu ledak nuklir.
Halaman selanjutnya, daya jangkau rudal hipersonik Rusia>>>
Rudal Kinzhal dapat menembak sasaran sampai sejauh 2.000 kilometer. Sedangkan rudal hipersonik lain jarak tempuhnya berada di bawahnya, sekitar 1.000 kilometer.
Jika rudal semacam ini ditempatkan di kota Kaliningrad misalnya, maka dapat menyasar kota-kota penting di Eropa. Misalnya ibu kota Jerman, yang jaraknya kurang dari 600 kilometer dari Kaliningrad.
Tak hanya punya rudal hipersonik, Rusia kabarnya juga memiliki penangkalnya. "Saat ini, sedikit negara punya akses pada teknologi untuk menangkal serangan hipersonik seperti itu dan jika kabarnya benar, Rusia adalah pionir dengan S-500 Promotey," sebut Eurasiantimes.
Prometheus ini adalah misil permukaan ke udara yang bisa melacak rudal hipersonik. Memang, teknologi rudal hipersonik pada saat ini baru dikuasai segelintir negara, demikian pula penangkalnya.
Menurut catatan dari Congressional Research Service Memo (CRS Memo), meskipun Amerika Serikat terhitung juga getol menguji coba rudal hipersonik, perkembangannya masih kalah dari Rusia dan juga China.