Tiga dari 15 Ide Terbaik di Google Bangkit 2021
Hide Ads

Tiga dari 15 Ide Terbaik di Google Bangkit 2021

Anggoro Suryo Jati - detikInet
Jumat, 16 Jul 2021 15:49 WIB
Google Bangkit 2021
Foto: Dok. Google
Jakarta -

Dari 2.250 mahasiswa yang lulus dari program Bangkit 2021 besutan Google, lahir 15 kelompok yang punya ide terbaik dan mendapat pendanaan dari USD 5.000 dari Google.

"Saya sangat mengapresiasi ide peserta Bangkit 2021. Ini merupakan kreativitas dan inovasi yang luar biasa bagi sesama. Semua proyek ini terkait dengan sociopreneurship, yang tidak mementingkan diri sendiri, tetapi melihat kemaslahatan yang lebih luas. Ini sangat membanggakan dan membahagiakan bagi saya sebagai seorang pendidik," ujar Dirjen Dikti Kemendikbudristek, Prof Ir Nizam, dalam acara virtual, Kamis (15/7/2021).

Berikut ini adalah tiga dari 15 kelompok dengan ide terbaik dari Bangkit 2021.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bacara: Jembatan komunikasi pembelajaran bahasa isyarat

Aplikasi BacaraAplikasi Bacara Foto: Dok. Google


Aplikasi Bacara (Bantu Bicara) sebagai platform pembelajaran bahasa isyarat Indonesia dan translasi bahasa isyarat Indonesia menjadi teks dan audio secara langsung.

ADVERTISEMENT

Aplikasinya dikembangkan oleh Timotius Haniel dan Thomas Ken Ronaldi dari Institut Teknologi Harapan Bangsa, Gita Ayu Salsabila dan Tobias Ivandito Margogo Silalahi dari Universitas Indonesia, Muhammad Rizky Perdana, Universitas Esa Unggul dan Michelle Octavia Yolanda Sari dari Telkom University.

Ide pembuatan aplikasinya berasal dari berawal dari keadaan teman tuli dan teman bisu yang memiliki keinginan untuk berkomunikasi dengan masyarakat secara umum. Namun seringkali menghadapi kendala karena lawan bicara tidak memahami bahasa isyarat.

Dengan Bacara masyarakat bisa mengarahkan kamera ke teman tuli atau teman bisu yang menggunakan bahasa isyarat, Bacara akan menghasilkan text translasi dan juga suara sebagai output/hasil translasi bahasa isyarat.

Dari apa yang dipelajari di Bangkit, tim Bacara mengembangkan model machine learning dengan menggunakan aplikasi Android dan mengintegrasikan Google Cloud sebagai bagian dari tempat penyimpanan data Bacara.

Buangin dan Kaki Keenam ada di halaman berikutnya

Buangin: Disiplin buang sampah dengan bantuan aplikasi

Aplikasi BuanginAplikasi Buangin Foto: Dok. Google

Aplikasi Buangin merupakan gagasan Aivative Team yang terdiri dari Aditya Davin Pradana dari UIN Sunan Kalijaga, Leonardo Kriswanto Saputra, Radya Amirur Rahman dan Eva Agustine dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember, serta Yosia Agustadewa dan Arzalia Khairunnisa Yasmine dari Universitas Udayana.

Aplikasi ini dirancang karena adanya keresahan melihat penumpukan sampah di sekitar tempat tinggal mereka yang disebabkan oleh ketidakpastian dari petugas pengangkut sampah.

Proyek ini menerapkan konsep smart city di bidang lingkungan hidup sehingga nantinya dapat membantu pemerintah daerah dalam mewujudkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2021-2024. Memadukan machine learning, cloud computing, dan Android mobile development untuk membuat dua aplikasi dan satu produk IoT:

  • Buangin Wastecare, yang merupakan aplikasi untuk pengguna. Dengan memanfaatkan machine learning, aplikasi ini dilengkapi dengan fitur Pilahin yang memiliki kemampuan image classification untuk membantu pengguna mengkategorikan sampah ke tiga kategori, yaitu organik, anorganik, dan beracun dengan akurasi 96% deep AI learning model.
  • Buangin Garbo: aplikasi yang diperuntukkan bagi petugas TPS.
  • Smartbin: tempat sampah pintar yang dilengkapi dengan sensor ultrasonik yang dapat mengirimkan pembaruan status ke aplikasi Garbo sehingga memudahkan petugas TP mengetahui lokasi Smartbin terdekat yang harus segera diangkut.

Kaki Keenam: Platform untuk membeli jajanan kaki lima

Aplikasi Kaki KeenamAplikasi Kaki Keenam Foto: Dok. Google

Ide projek ini awalnya muncul ketika keenam peserta ini menyadari bahwa mereka tidak tahu lagi kabar pedagang kantin kampus yang hilang kabarnya setelah pandemi.

Lantas, M. Dio Damiyati dan Vahiya Prananta dari Universitas Islam Negeri Jakarta, lalu Jihadysah Faa'iz dan Kafin Mufid dari Institut Teknologi Bandung, juga Riski Rismawan dan Budi Setiawan dari Universitas Mataram membuat sebuah platform bernama Kaki Keenam.

Kaki Keenam adalah platform digital yang dapat membantu mempertemukan pedagang keliling dengan pembelinya, melalui sistem peta dan notifikasi yang membuat membeli makanan keliling semudah memencet tombol pesan.

Jadi penggunanya cukup membuka peta di aplikasi Kaki Keenam untuk mencari lokasi pedagang kaki lima yang ada di sekitarnya. Lalu dengan memencet tombol, mereka bisa memanggil pedagang untuk dateng ke tempat.

"Program Bangkit telah mengajari saya banyak hal, dari dasar pemrograman sampai akhirnya bisa membuat algoritma rekomendasi. Walaupun program ini terasa sangat singkat, tetapi ilmu yang saya dapatkan sangat berguna untuk projek Kaki Keenam. Saya sangat menyarankan untuk teman-teman yang tertarik mendalami pekerjaan di bidang teknologi/startup teknologi untuk melihat program Bangkit," ungkap Faiz, salah satu tim projek Kaki Keenam.

Halaman 2 dari 2
(asj/fay)