Berkat Prokes, Umur Bukan Halangan untuk Tetap Mengaspal
Sama halnya dengan Bayu dan Yodhie, pandemi juga turut menghantam pendapatan Warsito (53) yang merupakan mitra driver GrabBike yang bergabung sejak tahun 2015. Ayah dua anak ini bahkan tidak menerima order sama sekali hingga tiga minggu pada saat awal pandemi di tahun 2020.
"Sampai 3 minggu nggak dapat orderan. Waktu itu (kan driver) Grab total nggak bisa bawa penumpang semua tanpa terkecuali. Banyak driver yang punya pacar mau menikah gagal, yang udah nikah, istrinya nggak kuat cerai, motor dikredit banyak yang ketarik, ini kan dilema," ujarnya kepada detikcom beberapa waktu lalu.
Toto, panggilan akrabnya, lalu berkomunikasi dengan salah satu manajemen Grab yang dia kenal untuk mencari beberapa solusi. Sampai akhirnya ia ditawari untuk mengambil layanan mengantar paket. Sebab di keluarganya ia merupakan satu-satunya yang menafkahi keluarga.
Istrinya yang sebelumnya menjual makanan di kantin sekolah, ikut terimbas dan tidak bisa berjualan. Sementara pada saat yang sama, ia juga harus membiayai anak keduanya yang sedang memasuki tahap akhir perkuliahannya yang pasti membutuhkan banyak biaya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Toto mengatakan sejak terjadinya pandemi dan mulai diberlakukannya PSBB pada tahun lalu membuat para mitra driver GrabBike tidak bisa membawa penumpang. Namun, manajemen Grab Bike telah melakukan kebijakan-kebijakan baru untuk mitranya agar tetap berpenghasilan, salah satunya dengan membuka berbagai layanan baru seperti Grab Assistant dan GrabMart maupun bekerja sama dengan berbagai pihak ketiga.
"Dengan kebijakan-kebijakan tersebut, kami para mitra tetap berpenghasilan di masa PSBB. Beberapa bulan PSBB pun, Grab berhasil meluncurkan GrabProtect. Di mana mitra mulai bisa membawa penumpang dengan fasilitas partisi, hand sanitizer, masker dan pembersihan kendaraan dari GrabBike. Di samping pembagian sembako untuk para mitranya secara berkala," ujarnya.
"Yang akhirnya kami bisa membawa penumpang secara normal lagi dengan mengikuti protokol kesehatan. Dan yang baru beberapa hari ini, kami para mitra difasilitasi Grab untuk mendapatkan suntik vaksin yang mulai Senin kemarin. Itulah faktor-faktor yang membuat kami para mitra Grab dapat bertahan mencari nafkah untuk keluarga," jelasnya.
Toto merupakan 300 orang driver pendaftar GrabBike pertama di Jabodetabek. Ia yang sebelumnya berprofesi ojek pangkalan tersebut berubah haluan menjadi ojek online. Menurutnya, awal-awal Grab ada di Indonesia dan jumlah driver masih sedikit, penghasilannya sangat tinggi karena adanya dukungan berbagai insentif yang disediakan Grab.
"Saya insentif bisa dibilang satu hari minimal (bisa dapat) di atas Rp 500 ribu. Dulu pertama kali kita, bisa ngebayangin, hidupkan hp, aplikasi saja, tanpa membawa penumpang, udah dikasih uang. Di samping jaminan argo, kita juga dapat dari akumulasi penumpangnya, uangnya cukup saat itu, saya pernah mencapai angka Rp 1,7 juta pas awal-awal selama sehari saat itu," ujarnya.
Namun, penghasilan yang lumayan tersebut tidak serta merta membuat Toto langsung membeli barang-barang mewah baru. Sebab anak, terutama pendidikannya merupakan orientasi yang diutamakan Toto dibanding dirinya sendiri.
"Saya bukan orang yang mentingin pribadi yah, kalau saat itu mau ganti handphone yang mewah, motor yang mewah, saya bisa, tapi saya nggak ke sana. Saya berpikir anak saya masih ada dua, pendidikan mereka. Di situlah saya nabung sehingga saat (anak saya) membutuhkan dana yang besar saya alokasikan ke dia," ujarnya.
"Anak yang gede kan tiap semester ada (tagihan). Pernah kejadian anak saya yang gede duitnya kurang, 'kaka malu nih ngomong', saya ingat dia minta Rp 5 juta dan waktu bayarnya tinggal 3 hari lagi. Yaudah besok aja kata saya. Lan anak bingung emang ini bapak gue kerjanya seperti apa. Papa dari mana, oh ada buat kalian," imbuhnya.
Pada tahun 2015, saat awal-awal Toto menjadi driver GrabBike, anaknya yang pertama sudah masuk kuliah di salah satu kampus di Jakarta. Satu tahun kemudian adiknya menyusul masuk kuliah. Anak pertamanya lulus pada tahun 2018 dan menikah pada tahun 2019 serta sudah tidak tinggal bersama Toto di Lenteng Agung. Sementara anak keduanya baru saja diwisuda virtual belum lama ini dan sudah bekerja.
Tak hanya kerja menarik penumpang, Toto yang menjadi Koordinator Wilayah Jakarta Selatan ini juga sering membantu masalah yang dialami driver GrabBike, baik dengan manajemen maupun dengan penumpang. Berbagai kasus pernah dia bantu selesaikan. Hal ini juga yang membuatkan cukup dikenal baik oleh driver maupun manajemen Grab, termasuk oleh Presiden Direktur Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata.
Bagi Toto, membantu menyelesaikan berbagai masalah berbagai driver itu mendatangkan kebaikan bagi dirinya, termasuk dapat mencari nafkah selama masa pandemi dan menyelesaikan biaya pendidikan anaknya di masa pandemi ini.
"Kalau lu ngebantu taruna, lu jangan berharap dapat kebaikan dari dia juga. Bisa jadi dari orang lain. Itu yang saya alami, misalnya saat anak saya sedang mau wisuda butuh biaya Rp 2-3 juta dalam waktu 2 hari. Tiba-tiba ada aja rezekinya," tuturnya.
Kini Toto mengaku beban tanggungannya menjadi lebih ringan usai menyelesaikan pendidikan S1 kedua anaknya. Pandemi yang sudah terjadi satu tahun belakangan tidak menyurutkannya untuk tetap mencari nafkah untuk keluarga dan pendidikan anaknya. Ia pun sempat menunjukkan foto dirinya bersama istri dan anak keduanya yang memakai toga.
"Pandemi awal emang sepi penumpangnya. Perbandingannya misalnya ada 10 customer, tetapi jumlah drivernya ada 100 dalam satu kali waktu order. Dengan kondisi itu jumlah orderan yang ada dengan jumlah driver tidak sesuai. Kita nggak bicara faktor hoki, yang penting kita berdoa dan kita mau terima, tapi di lapangan kita tetap usaha. Alhamdulillah jadinya bisa sampai nyelesain pendidikan anak saya di masa pandemi ini," pungkasnya.