Aneka kasus belakangan ini membuat nama netizen Indonesia disorot dunia. Sebutlah kasus Dayana usai perseteruan dengan Fiki Naki dan juga Microsoft setelah mengeluarkan hasil survei yang menyebut netizen kita kurang sopan dibandingkan negara lain di Asia Tenggara. Belum lagi berita artis seperti NS yang menghebohkan lini masa berhari-hari.
Ada apa sebenarnya? Bukankah Indonesia negara yang ramah dan disukai karena budayanya yang penuh kehangatan? detikINET pun mencoba menanyakan pendapat beberapa orang.
"Kadang hidup itu 'gajah di pelupuk mata tidak tampak, semut di seberang lautan tampak'. Jangan sampai terjadi sama diri sendiri baru kita berasa. Harusnya kita mendoakan yang baik-baik ketimbang nyindir nambah dosa," kata Hamidah (57), seorang warga bukan nama sebenarnya, kepada detikINET.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, mungkin netizen lebih merasa senang untuk berfokus pada masalah orang lain sehingga dirinya bisa lupa dengan masalah yang ia hadapi. Dengan melihat kehidupan orang lain lebih susah dan menekankannya lewat kata-kata kebencian, bisa muncul perasaan bahwa ia lebih baik dari yang dicemooh.
Tak hanya Hamidah, ada juga Lalimah (28), nama samaran, yang mengutarakan pendapatnya kepada kami. Ia beranggapan pada dasarnya netizen yang julid hanya ingin mendapatkan perhatian orang lain.
"Dia caper, pengin di-notice. Jadi ada kebanggaan. Mungkin anak zaman sekarang pada kena penyakit caper," cetusnya.
Agar lebih afdol, detikINET pun berbincang dengan pakar yakni Nadya Puspita Ekawardhani, MPsi, Psikolog dari Personal Growth soal kebiasaan sebagian netizen Indonesia yang sering julid. Ia menjelaskan bahwa julid dapat diartikan sebagai mengungkapkan kata-kata yang cenderung negatif dan dilebih-lebihkan.
Ungkapan julid di media sosial sudah tidak asing lagi, terlebih media sosial saat ini menjadi salah satu sumber informasi yang dapat diakses oleh siapa saja. Nah sayangnya, informasi yang dipaparkan di media sosial dapat menimbulkan iri hati, rasa cemas, dan khawatir.
"Selain itu, kebanyakan orang lebih tertarik dengan berita mengenai kehidupan orang lain. Akibatnya, timbul perbandingan dengan kehidupan pribadi dan komentar-komentar negatif pada kolom komentar yang pada dasarnya dapat diakses oleh siapa saja. Mereka ingin bebas untuk berpendapat, namun kurang dapat mempertanggungjawabkan atau memikirkan dampaknya bagi orang lain," terangnya, dalam perbincangan Jumat (12/3/2021).
Halaman berikutnya: Faktor lain kenapa netizen julid dan rusuh...
Simak video 'Microsoft Trending Gegara Riset Netizen Indonesia Tidak Sopan':