Tiga startup asal Indonesi baru saja lulus dari program Google for Startup Accelerator: Southeast Asia. Mereka pun berbagi kisahnya selama mengikuti program akselerator ini.
Ketiga startup tersebut adalah Riliv yang menawarkan layanan kesehatan mental, Hacktiv8 yang melatih talenta digital agar siap kerja, dan Kata.ai yang mengembangkan platform AI untuk percakapan. Mereka mengikuti program ini bersama 12 startup lainnya dari Asia Tenggara dan Pakistan.
Sebagai salah satu startup yang terbilang lebih mapan, CEO dan co-founder Kata.ai Irzan Raditya mengatakan program ini membantunya mendapatkan banyak ilmu baru.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kadang-kadang sebagai pendiri startup ketika ketemu masalah itu bisa punya kacamata kuda, dan kadang having fresh eyes, fresh perspective itu penting banget," kata Irfan dalam konferensi pers virtual, Kamis (12/11/2020).
Kata.ai sendiri merupakan startup yang mengembangkan platform kecerdasan buatan atau AI untuk percakapan. Platform mereka saat ini sudah digunakan oleh banyak perusahaan besar, seperti Telkomsel yang menggunakan teknologi chatbot buatan Kata.ai untuk customer service.
Selain ilmu dan wawasan baru, Irzan mengatakan ke depannya mereka berencana untuk mengintegrasikan teknologi Google ke dalam platform-nya.
CEO Hacktiv8 Ronald Ishak juga senada. Ia mengungkap semakin besar perusahaan yang ia pimpin, semakin banyak tantangan yang belum pernah ia hadapi sebelumnya.
"Kita sangat dibantu untuk mendapatkan wawasan dan insight tentang bisnis kita dan gimana caranya kita menavigasi bisnis saat pandemi seperti ini. Kita juga banyak dikasih tahu blindspot hal-hal yang mungkin kita tidak tahu tapi kita harus tahu saat menjalankan bisnis," kata Ronald dalam kesempatan yang sama.
Google mengadakan program akselerator ini untuk membantu mengembangkan ekosistem startup serta mengembangkan solusi yang dibutuhkan masyarakat di tengah pandemi.
Head of Startup Ecosystem SEA, Thye Yeow Bok mengatakan karena program ini dilakukan di tengah pandemi ada beberapa topik pelatihan yang menyangkut COVID-19.
"Kami tidak melihatnya dari satu perspektif khusus, tapi melihatnya secara keseluruhan. Contohnya bagaimana cara melakukan marketing di periode saat ini tapi tetap bijak dan sensitif dengan iklim saat ini," kata Bok dalam kesempatan yang sama.
Untuk mereka yang ingin mendirikan startup atau yang baru saja memulai bisnisnya, Ronald memiliki tips agar tidak mudah gagal terutama di tengah kondisi seperti ini.
"Mulailah dengan orang-orang yang tepat, buatlah sesuatu yang diinginkan konsumen dan dengan pengeluaran yang sekecil mungkin. Kebanyakan startup gagal karena tidak mampu melakukan salah satu dari ketiga hal di atas," pungkas Ronald.
(vmp/fay)