Pada 2018 lalu Microsoft bereksperimen dengan membuat data center yang ditenggelamkan di laut Skotlandia. Kini, data center tersebut akhirnya kembali naik ke permukaan.
Menurut Microsoft, data center yang merupakan bagian dari Project Natick tersebut dianggap sukses. Tingkat kegagalan di data center tersebut hanya seperdelapan dari data center yang ada di darat, dan itu adalah peningkatan yang drastis.
![]() |
Hal ini cukup krusial karena jika sampai ada kerusakan di data center tersebut, maka perbaikannya akan sulit dilakukan karena tersimpan di dalam laut, demikian dikutip detikINET dari The Verge, Rabu (16/8/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Data centernya dianggap berhasil, meski awalnya terlihat aneh. Namun, dengan data center yang disimpan di bawah air itu, penggunaan energinya lebih irit karena suhunya lebih rendah.
Baca juga: Microsoft Tenggelamkan Data Center di Lautan |
Lalu data center yang ada di darat juga bisa mengalami masalah korosi atau karat dari kombinasi oksigen dan kelembaban. Namun karena data centernya disimpan di ruangan kedap udara di bawah air, temperatur dan kelembabannya bisa dijaga.
Selain itu, lokasinya pun bisa lebih fleksibel, utamanya untuk area yang berlokasi di dekat laut yang membutuhkan ketersediaan data center.
Microsoft sendiri mulai menjajaki ide membuat data center di bawah laut sejak 2015. Saat itu mereka menenggelamkan data center di pesisir California, Amerika Serikat selama beberapa bulan. Tujuannya adalah untuk mencari tahu apakah komputer bisa bertahan disimpan di bawah laut.
Kini tim Project Natick milik Microsoft itu punya target selanjutnya. Yaitu menunjukkan apakah server-server itu bisa mudah ditarik dan didaur ulang setelah masa pakainya habis.
(asj/fay)