Berdasarkan laporan The Intercept, Google sebelumnya melakukan penelitian di China, dalam hal ini perilaku pengguna internet di China. Tujuan dari penelitian ini adalah mengumpulkan informasi yang berguna untuk proyek mesin pencari mereka di China.
Tak sekadar mesin pencari, Dragonfly adalah mesin pencari yang dibuat khusus untuk mengikuti aturan-aturan ketat yang dibuat oleh pemerintah Negeri Tirai Bambu tersebut, demikian dikutip detikINET dari The Verge, Selasa (18/12/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Google Dipetisi Ratusan Karyawan |
Proyek pengumpulan data ini pertama dilaporkan pada Agustus lalu, di mana Google membuat 265.com, yang merupakan mesin pencari palsu. Disebut palsu karena semua pencarian yang dilakukan melalui situs itu akan dialihkan ke mesin pencari milik Baidu.
Meski sekilas 265.com bukan produk yang berguna, namun situs ini membuat Google bisa melihat perilaku pengguna mesin pencari di China. Sayangnya, proyek ini kemudian memunculkan ketidakpercayaan dari internal Google, yang melihatnya sebagai ambisi Google di China.
Baca juga: Bos Google Blak-blakan soal Proyek Dragonfly |
Kemudian ratusan karyawan Google menandatangani surat terbuka untuk Google, yang menolak keberadaan proyek tersebut. Meski ada juga grup karyawan lain yang membuat surat serupa untuk mendukung proyek Dragonfly tersebut.
Namun puncaknya adalah ketika CEO Google Sundar Pichai dipanggil untuk hadir di House Judiciary Committee baru-baru ini. Ketika ditanya oleh anggota komite, Pichai menyebut Google tak punya rencana untuk meluncurkan mesin pencari di China.
Simak juga video 'Tahun Ini, Penelusuran Paling Tinggi Adalah soal Entertainment':
(asj/krs)