Para pemimpin bisnis yang berkumpul di sana menilai teknologi memang membuat semua hal jadi produktif. Namun di sisi lain, dampak buruk yang diberikannya pada lapangan kerja perlu disikapi dengan lebih serius.
Teknologi robotika, mobil otomatis, kecerdasan buatan sampai printer 3D bisa mengancam banyak pekerjaan, dari pengemudi taksi sampai karyawan di bidang kesehatan. Apalagi perusahaan mulai masif menerapkannya, seperti Adidas yang ingin memakai printer 3D untuk membuat berbagai model sepatu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jadi, meskipun misalnya suporter Donald Trump maupun British Exit berharap kebijakan baru akan menambah lapangan pekerjaan, kenyataannya tidak segampang itu. "Teknologi adalah masalah besar dan kita tidak mengakui itu," kata Mark Weinberger, Chairman dari biro konsultasi EY.
Dalam satu dekade ke belakang, dikatakan kalau lebih banyak pekerjaan hilang karena faktor teknologi ketimbang alasan lain. Jadi, dibandingkan dengan memperketat imigrasi untuk melindungi tenaga kerja lokal, menangani dampak teknologi yang 'mencuri' pekerjaan adalah tidak mudah.
Biro riset Forrester memprediksi bahwa pada tahun 2019, seperempat dari semua pekerjaan akan digantikan olehh software, robot servis dan semacamnya. Tidak hanya menimpa pekerjaan di kalangan bawah, juga para profesional. (fyk/fyk)