Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network
detikInet
Pesan untuk Developer: Pintar-pintar Menarik Iklan di Aplikasi

Pesan untuk Developer: Pintar-pintar Menarik Iklan di Aplikasi


Ardhi Suryadhi - detikInet

Ilustrasi (gettyimages)
Jakarta -

Developer mana yang tak mau aplikasi besutannya dibanjiri iklan? Ini tentu bakal membuat kantong developer tersebut tebal bukan kepalang. Namun awas, Anda harus pintar-pintar mengelola iklan di aplikasi. Jangan malah menjadi bumerang.

Menurut Iwan Setiawan, Manager Marketing Baidu Indonesia, aplikasi gratisan masih menjadi pilihan banyak orang. Dengan demikian, pilihan untuk bisa meraup pendapatan dari aplikasi tersebut salah satunya adalah lewat iklan.

Namun sebelumnya, developer punya tugas besar yang harus dipenuhi terlebih dahulu, Yakni wajib mendapatkan basis pengguna (user base) dan retention rate yang bagus pada aplikasi mereka.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Karena semakin besar user base dan retention rate yang tinggi akan mampu memberikan revenue yang lebih tinggi," lanjut Iwan saat dikonfirmasi detikINET.

Nah, jika vendor sudah banyak yang melirik, selanjutnya adalah memilih jenis iklan yang ingin dipasang di aplikasi. Iwan menyarankan, model iklan yang sebaiknya dipilih menggunakan native advertising sehingga tidak mengurangi user experience yang baik di sisi user.

Inilah yang kerap dilupakan banyak developer. Mereka tentu ingin aplikasinya dijejali banyak iklan yang berdampak terhadap pendapatannya. Namun yang juga harus diingat adalah, jangan lantas mengorbankan kenyamanan pengguna.

Jika pengguna sudah kesal karena selalu terpapar iklan setiap saat, maka tinggal menunggu waktu saja bagi aplikasi tersebut untuk ditinggalkan.

Iwan lalu memberikan saran kepada developer terkait memilih advertising platform yang tepat untuk aplikasi mereka.

"Ada beberapa hal yang para developer bisa perhatikan dalam memilih advertising platform yang baik. Contohnya, filing rate untuk advertising, semakin tinggi filling rate-nya akan berdampak revenue yang bisa didapat oleh developer," jelasnya.

Kemudian effort integration. Cara integrasi SDK, apakah ribet atau mudah. Harus dipikirkan pula soal trafik data (penggunaan bandwidth), dimana sebaiknya developer memilih ads platform yang memiliki data trafik yang rendah karena di Indonesia tidak semua infrastruktur internet tersedia dengan baik. Sehingga dengan trafik data yang rendah dan memiliki kompresi, bisa menghemat bandwidth dan resources di aplikasi.

"Selain itu adalah terkait support atau dukungan tim lokal terhadap developer," Iwan melanjutkan.

Terkait advertising platform, Baidu sendiri saat ini baru saja merilis DU Ad Platform (DAP). Ini adalah advertising platform yang dikembangkan untuk membantu para pengembang aplikasi mobile di Indonesia dalam melakukan monetisasi melalui iklan pada aplikasi mereka.

Sebelumnya dalam peluncuran DAP di Jakarta pada 5 November lalu, Direktur Baidu Indonesia Bao Jianlei mengungkapkan bahwa pengembang dapat bertindak sebagai publisher iklan dengan mengintegrasikan DAP pada aplikasi mereka. Sementara itu, Baidu akan bertindak sebagai pihak yang menyalurkan iklan-iklan untuk ditampilkan pada aplikasi yang telah dilengkapi dengan kode DAP tersebut. DAP diklaim takkan memberatkan aplikasi karena berukuran kecil, cuma 171 KB, dan data trafik bandwidth yang rendah untuk advertising.

"Kami pastikan sharing revenue iklan di Du Ad Platform memiliki standar yang menguntungkan bagi developer. Meski begitu, kami tidak terpaku pada fix sharing. Kami terbuka jika ada developer yang ingin membicarakan soal sharing revenue lebih lanjut. Siapa tahu mereka merasa memiliki basis pengguna yang sangat besar atau ada pertimbangan lainnya," tutup Iwan.

(ash/fyk)







Hide Ads