"Dari bangun tidur hingga tidur lagi. Baik masalah transportasi, kesehatan, pendidikan, lapangan pekerjaan dan lain-lain," kata penggagas komunitas C-generation Suhono Supangkat, dihubungi detikINET, Rabu (28/10/2015).
"Orang IT harus sensitif terhadap persoalan keseharian dan mau berkolaborasi dengan bidang lain untuk membangun sistem," lanjut Guru Besar Institut Teknologi Bandung ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"C-generation, sebagai connected generation, creative generation dan collaboration generation adalah generasi mendatang yang perlu dibina untuk mengubah peradaban baru Indonesia," sebutnya.
C-generation yang diresmikan pada Oktober 2013 dikatakannya adalah jawaban dari perkembangan TIK yang telah mengubah gaya hidup maupun perilaku anak muda.
"Anak muda yang banyak terkoneksi dengan internet bisa mengubah budaya bangsa. Alhasil, pembentukan gerakan dan komunitas untuk membawa generasi muda menuju ke arah yang positif adalah hal yang mendesak dan dibutuhkan saat ini," kata Suhono kala itu.
Kini di dua tahun usianya, C-generation memulai debutnya dengan merekrut anak muda berbakat yang mengikuti berbagai pelatihan. Dalam waktu dekat, mereka akan segera tampil di publik.
"Kita juga sedang melombakan C-generation apps. Peserta lomba total sekitar 400 tim atau kalau jumlah orangnya sekitar 1.200. Nanti akan diambil 5-10% terbaik sebagai C-generation apps. Atau kita cari sekitar 20-40 terbaik. Itu yang akan diumumkan 5 Desember nanti," terangnya.
Dalam kompetisi ini, developer aplikasi diarahkan agar membuat aplikasi untuk kota pintar. Sehingga tak heran, C-generation apps banyak yang mengambil tema seperti transportasi, pariwisata dan hal-hal yang mengarah pada pembangunan peradaban kota dan komunitas.
"Tren aplikasi saat ini adalah yang location based service. Untuk keperluan terdekat, tercepat dan termurah. Yang menjadi jawaban dari persoalan sehari-hari, dari bangun tidur hingga tidur lagi," simpulnya.
(rns/rou)