Huawei memang mengalami masa cukup berat akibat berbagai sanksi yang dijatuhkan oleh pemerintah Amerika Serikat. Sampai-sampai dalam pernyataan terbaru, pendiri Huawei Ren Zhengfei menilai memang ada politisi Amerika yang berniat membuhuh Huawei.
"Gelombang demi gelombang sanksi berat AS terhadap Huawei membuat kami pada akhirnya memahami, politisi Amerika tertentu ingin membunuh kami, bukan hanya untuk mengkoreksi kami," kata Ren yang dikutip detikINET dari Android Authority.
Seperti diketahui, Huawei menurut pemerintahan Donald Trump rentan menjadi mata-mata pemerintah China sehingga negara-negara lain dibujuk agar tak memakai teknologi 5G mereka. Pasokan chip ke Huawei pun dibatasi, demikian pula tak bisa bebas memakai OS Android.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Belum lagi, eksekutif Huawei Meng Wanzhou, ditangkap lantaran dituding melakukan transaksi bisnis ilegal dengan Iran. Meng adalah putri Ren Zhengfei.
Sejauh ini, Huawei masih mampu bertahan dan tetap berada di papan atas perusahaan teknologi dunia. Akan tetapi beberapa hal harus disesuaikan, salah satunya dengan melepas Honor, merek ponsel menengah anak perusahaan Huawei.
Dalam ucapan perpisahannya pada Honor, Ren menyatakan tidak ingin membuat para pegawai Honor ikut menderita bersama Huawei. "Kami tidak ingin membawa orang-orang tidak bersalah ke dalam air hanya karena kami menderita," ucapnya.
"Jadilah pesaing terkuat Huawei di dunia, lewati Huawei, dan bahkan gunakan kalahkan Huawei sebagai motivasi. Kita akan menjadi kompetitor di masa depan," kata Ren.
Ren menyamakan penjualan Honor sebagai perceraian. Ia mengatakan Honor akan benar-benar terpisah untuk mengikuti aturan internasional dan tidak akan ada lagi hubungan di antara kedua perusahaan.
"Begitu 'bercerai', kita tidak boleh berhubungan lagi. Kita adalah orang dewasa. Kita harus menangani hal-hal secara terpisah, mengikuti kepatuhan manajemen secara ketat, mematuhi aturan internasional dengan ketat dan masing-masing mencapai tujuan kita sendiri," ucap sang pendiri Huawei.
(fyk/afr)