Jakarta -
Dengan gaya desain yang tak biasa dari smartphone pada umumnya saat ini, kehadiran ponsel layar lipat seakan menjadi terobosan baru di dunia per-gadgetan. Huawei, Motorola, hingga yang terbaru Samsung dengan Galaxy Z Fold 2 saling berduyun-duyun memproduksi ponsel layar lipat unggulannya.
Memiliki desain yang unik, tentu bisa menjadi daya tarik bagi konsumen. Namun, apakah hal tersebut bisa menunjang kebutuhan sang pemilik untuk memenuhi kebutuhan mobilitasnya atau sekedar gaya sesaat?
Untuk itu, dalam edisi roundup ponsel layar lipat edisi kali ini, detikINET merangkum tentang perangkat telekomunikasi futuristik tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tren Ponsel Layar Lipat
Ponsel layar lipat mulai bermunculan walau memang belum begitu banyak modelnya. Akan tetapi karena kecanggihan dan menawarkan pengalaman baru memakai ponsel, konsumen dan industri mulai banyak yang membicarakan.
Sejauh ini Samsung yang konsisten akan inovasi ini, setelah merilis produk perdana Galaxy Fold, lalu Galaxy X Flip yang kemudian disusul Galaxy Z Fold 2. Kemudian disaingi Huawei dengan Mate X dan Mate Xs, bahkan vendor asal China ini menyiapkan Mate X2.
Tak hanya diisi dua pemain vendor, Motorola dan Microsoft juga sudah merilis ponsel layar lipatnya, yakni Razr dan Surface Duo. Sedangkan, LG sampai Xiaomi dilaporkan siap merilis jagoannya masing-masing, tapi sejauh ini belum terlaksana.
Perlu dicatat, pelopor ponsel layar lipat bukan nama-nama besar di atas, melainkan The Royole Flexpai yang memecahkan rekor dunia sebagai pencipta ponsel layar lipat pertama pada 31 Oktober 2018 dengan opsi 6 GB RAM dan ruang penyimpanan sebesar 128 GB. Royole sendiri merupakan perusahaan asal China yang didirikan 2012.
Apakah Bisa Jadi Mainstream?
Saat ini ponsel layar lipat memang masih awal. Di masa depan, desain dan teknologi ini bakal menjamur serta digunakan banyak orang.
Prediksi ini disampaikan pengamat gadget Lucky Sebastian. Menurutnya, tidak lama lagi akan banyak vendor, termasuk Apple, merilis smartphone dengan konsep yang sama.
"Setelah sekian lama kita berkutat dengan smartphone bentuk candy bar, layar lipat akan menjadi jawaban dari sisi desain dan fungsi baru smartphone. Misalnya, smartphone bisa sekaligus menjadi tablet, multitasking yang lebih baik, dan teknologi yang lebih baru," komentar Lucky saat dihubungi detikINET.
Untuk bisa 'meledak', Lucky mengungkapkan ponsel layar lipat butuh waktu untuk mencapai harga ekonomis. Saat ini perangkat tersebut dibanderol di kisaran puluhan juta.
Duel Lini Ponsel Layar Lipat
Sampai saat ini, tercatat vendor yang sudah merilis ponsel layar lipat, yaitu Royole: Royole Fexpai, Samsung: Galaxy Fold, Galaxy Z Flip, Galaxy Z Fold 2, Huawei: Mate X, Mate Xs, Motorola: Razr, Escobar Inc: Escobar Fold 1, Escobar Fold 2, dan Microsoft: Surface Duo.
Masing-masing vendor menawarkan gaya desain ponsel layar lipat unik dengan cara khas mereka, misalnya mengusung foldable (dilipat ke dalam maupun ke luar) maupun clamshell (dilipat dari atas ke bawah).
Untuk secara lengkap perbandingan antar ponsel layar lipat ini detailnya, kalian bisa mengklik laman ini.
Ekspektasi atau Realita
Ponsel layar lipat adalah sebuah inovasi dalam desain ponsel, namun seperti apa realitasnya? Karena, semakin banyaknya penggunaan panel OLED untuk ponsel membuka banyak celah dalam pengembangan ponsel.
Seperti ponsel bisa dibuat lebih tipis atau penggunaan sensor sidik jari di bawah layar, yang dimungkinkan karena panel OLED memang secara fisik lebih tipis karena tak membutuhkan lapisan tambahan berisi LED untuk menerangi layarnya, karena memang setiap pixel di panel OLED bisa menyala secara individu.
Namun tak cuma itu, panel OLED itu selain tipis juga bisa dibuat menjadi lentur dan melengkung. Keunggulan inilah yang membuka celah baru untuk pengembangan desain ponsel, yaitu ponsel dengan layar yang bisa dilipat.
Harapannya adalah dengan layar yang bisa dilipat, bentuk ponsel bisa lebih kecil -- atau juga tetap dengan ukuran normal -- namun saat dibuka, layarnya bakal menjadi lebih besar dan hampir menyerupai tablet.
Setidaknya, itulah ekspektasi untuk sebuah ponsel dengan layar yang bisa dilipat. Namun, realitasnya, setidaknya sampai saat ini, tak seindah itu.
Ponsel layar lipat yang sudah dirilis sejauh ini memang mempunyai ukuran, tepatnya panjang dan lebarnya, seukuran atau malah lebih kecil dari ponsel kebanyakan di pasaran. Namun ada satu aspek yang belum bisa diatasi, yaitu ketebalannya saat dilipat.
Apple Mana?
Di dunia gagdet, Apple biasanya jadi trendsetter, khususnya soal desain ponsel. Akan tetapi, belakangan ini, perusahaan yang bermarkas di Cupertino, AS, itu justru belum ada hilal akan memproduksi ponsel layar lipat seperti kompetitornya yang sudah lebih dulu menggarap dan memasarakannya.
Rumor tentang iPhone layar lipat sebenarnya sudah beredar sejak tahun 2016, ketika LG Display dikabarkan akan memproduksi layar lipat untuk ponsel di tahun 2018. Beberapa vendor yang dikabarkan akan menggunakan display ini adalah Apple dan Google.
Di tahun yang sama, paten iPhone layar lipat pertama yang didaftarkan Apple muncul pada tahun 20. Hingga tahun ini pun, perusahaan mendian Steve Jobs itu terus mematenkan yang berkaitan dengan ponsel layar lipat. Lalu, kapan Apple merilisnya?
Seiring berjalannya waktu, sejumlah pakar memprediksikan langkah-langkah Apple akan ponsel layar lipat, misalnya analis Bank of America Merrill Lynch mengatakan Apple sedang menyiapkan ponsel layar lipat untuk tahun 2020, tapi sepertinya prediksi ini meleset.
Atau, Pembocor gadget Jon Prosser juga mengeluarkan prediksinya bahwa Apple kemungkinan tidak akan meluncurkan ponsel layar lipat di tahun 2020. Tapi perangkat yang diuji coba Apple lebih mirip seperti Microsoft Surface Duo yang merupakan ponsel layar lipat dengan dua layar terpisah.
Raja Narkoba Bikin Ponsel Layar Lipat
Tren ponsel layar lipat sampai dilirik keluarga kartel narkoba, yakni oleh keluarga Pablo Escobar. Mereka bahkan sudah memamerkan Escobar Fold 1 dan Escobar Fold 2.
Sayangnya, niatan tersebut diiring kontroversial. Kontroversi pertama adalah Escobar Fold 1 yang diluncurkan pada Desember 2019, untuk menyaingi Samsung Galaxy Fold dan mengalahkan Apple. Malah perangkatnya itu harganya USD 349 atau Rp 5,4 jutaan.
Kontroversi kedua adalah iklan dengan gadis-gadis seksi Rusia memakai lingerie, bukannya menampilkan detil ponsel layar lipatnya seperti apa. Kontroversi ketiga adalah, produknya dicekal dari acara Consumer Electronics Show (CES) 2020 di Las Vegas, Amerika Serikat, awal Januari silam. Pihak CES menolak Escobar Inc. buka lapak pameran, karena dianggap tidak cocok dengan gelaran ini.
Escobar Inc berdalih bisa memangkas biaya produksi mereka. Promosinya tetap memakai model-model seksi dengan lingerie. Pada Januari 2020, mereka pun meluncurkan Escobar Fold 2. Belakangan kedua produk mereka mendapat cibiran dari para pengamat gadget dan para YouTuber.
Ternyata produk mereka patut diduga adalah barang palsu dari Royole Flexpai dan Samsung Galaxy Fold yang diganti casing dan dikemas ulang. Di Youtube banyak beredar video membongkar Escobar Fold 1 yang ternyata Royole Flexpai dan Escobar Fold 2 yang setelah dikuliti ternyata adalah Samsung Galaxy Fold. Sungguh memalukan!