Sony membuat pesta di night club Pangaea, Marina Bay Sands, Singapura, Jumat (16/10/2015). Tak sekadar hura-hura, acara ini juga jadi tempat kelahiran mirrorless full frame Sony A7S mk II dan kamera kompak bersensor full frame Sony RX1R mk II.
Tujuan Sony memilih interior yang gelap adalah supaya fotografer dan videografer dapat menguji Sony A7S mk II yang dioptimisasikan untuk digunakan di kondisi kurang cahaya.
Takashi Yasuda, General Manager divisi Digital Imaging Marketing Asia Tenggara menyampaikan bahwa jumlah pembeli kamera video dengan sensor besar dan lensa yang dapat ditukar meningkat tajam berkali-kali lipat dari tahun 2010 ke 2014.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selanjutnya, Sony memberi kejutan dengan kedatangan Takanori Muto, salah seorang insinyur yang mengembangkan sistem Sony E-mount sejak Sony NEX, yang mengenalkan kamera compact bersensor full frame Sony RX1 II. Takanori Muto menjelaskan kelebihan kamera ini yaitu pada lensa yang dirancang khusus untuk bisa optimal dengan sensor full frame, 42,4 MP, merupakan sensor yang digunakan di kamera Sony A7R II yang diumumkan beberapa bulan sebelumnya.
Selain lensa, Muto juga mengenalkan teknologi baru yaitu variable optical low-pass filter, dimana kini fotografer/videografer dapat memilih tingkat filter untuk mendapatkan ketajaman tertinggi, atau mencegah munculnya moire dengan meningkatkan efek filter low-pass/anti-alias.
Kavid Yan, Product Manager Sony menjelaskan keunggulan dan fitur baru Sony A7S mk II. Di antaranya stabilisasi gambar optik 5 poros di kamera, mampu merekam video 4K internal ke SD memory card dengan pembaca pixel penuh tanpa interpolasi di format full frame.
Termasuk peningkatan fungsi pengambilan video profesional seperti S-Gamut3.Cine/S-Log3 yang bisa diaktifkan mulai dari ISO 1.600, Gamma Assist Display terbaru, peningkatan kualitas Zebra Function, perekam Full HD 120fps slow motion 4-5X dan kecepatan AF yang ditingkatkan dan area fokusnya diperbanyak hingga 169 area dibandingkan 25 area di Sony A7S generasi pertama serta kualitas viewfinder yang lebih besar dan jelas karena dilengkapi dengan Zeiss T* coating.
Videografer dari Banana Mana Film, Mayad Academy dan fotografer pro Sony asal Singapura, Bryan Van der Beek, ikut berbagi pengalamannya saat mengunakan kamera A7S II.
Pada intinya, mereka memuji kehandalan kamera ini di kondisi yang kurang cahaya dan fungsi stabilizer yang handal saat merekam foto maupun video.
Videografer Benny Kahardianto, Upi Guava dan Anggun Adi (Goenrock) dari Indonesia juga hadir dalam launching ini. Om Benny menyampaikan bahwa 5 axis stabilization di A7S akan sangat membantu dalam merekam video yang stabil tanpa monopod/tripod.
Bahkan kestabilan videonya juga lumayan saat videografernya berjalan, asalkan videografer tersebut mengenal dan berlatih dan mengenal perimeter kameranya dengan baik. Sementara Upi mengungkapkan bahwa semua peningkatan Sony A7S generasi kedua dari generasi pertama terpakai dan sangat berguna bagi videografer.
Menurut Hafiz Yenifi dari Sony Indonesia, harga dan ketersediaan dua kamera terbaru Sony ini di Indonesia belum ditentukan karena fluktuasi dolar yang masih belum stabil. Di Singapura, Sony A7S II dihargai 4.299 dolar Singapura untuk body only atau sekitar Rp 42 juta.
Mau konsultasi berbagai hal seputar fotografi? Kirim saja pertanyaan keΒ Klinik IT detikINETΒ diΒ link berikut.Β
Yuk, belajar fotografi, editing dan ikut tur fotografi denganΒ infofotografi.com.