Kendala Ibu-ibu untuk Jualan Online: Saya Gaptek
Hide Ads

Kendala Ibu-ibu untuk Jualan Online: Saya Gaptek

Aisyah Kamaliah - detikInet
Selasa, 08 Sep 2020 18:35 WIB
ilustrasi wanita sedih
Ilustrasi wanita sedang mengelola online shop. Foto: iStock
Jakarta -

Banyak ibu-ibu yang merasa jualan online sulit karena tidak terbiasa dengan dunia internet. Semua kendala ini kebanyakan dimulai dari keraguan dan kata-kata, "Saya gaptek".

Ayo ibu-ibu dan para wanita Indonesia, kita pasti bisa maju bersama. Seperti yang dikatakan Deputy Director Asosiasi Perempuan Pengusaha Usaha Kecil (ASPPUK) Mohammad Firdaus, semua bisa asal ada tiga hal yang harus ditekankan.

"Pertama harus mau dulu, kedua mau belajar, dan tentunya punya usaha. Kalau mau belajar, teman-temannya juga mau belajar pasti. Jadi kami selalu metodenya berkelompok," kata Firdaus.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski begitu memang tak dimungkiri melek digital adalah salah satu kendala. Apalagi untuk perempuan yang berusia di atas 40-an. Tapi, ini tidak seharusnya jadi alasan untuk belajar karena wanita mampu berdaya.

"Mereka kadang udah bilang 'saya gaptek' semua orang bilangnya awal gitu, tapi kalau sudah dicoba dan dampingi, diajarkan yang mudah, saya yakin yang mencoba akan menular," ucapnya.

ADVERTISEMENT

Karenanya, ASPPUK menggandeng Tokopedia juga Coca-cola Foundation Indonesia ditujukan untuk membantu mereka memberikan edukasi pada mereka yang masih belum terlalu melek tentang pemasaran di era digital.

"Ini program bagus sekali, ini yang diidamkan perempuan pelaku usaha mikro karena kadang terbengong kok yang lain bisa saya kok nggak bisa. Seperti berkah untuk ibu-ibu masuk dalam dunia pemasaran online apalagi masa pandemi begini, kan. Di atas 50-60% yang kita dampingi belum memakai media online buat marketing, program ini awal yang baik sebagai contoh," katanya.

Terakhir, Firdaus pun memberikan saran agar para wanita tidak patah semangat untuk meningkatkan kualitas produk dan pemasaran mereka, apalagi untuk digital marketing.

"Sama kayak toko offline aja, kalau toko tidak diurus akan tutup. Kalau ada pemasukan uangnya jangan konsumsi semua jadi ada pengelolaan," tutup Firdaus.




(ask/fay)