Ternyata 5G Bisa Genjot Ekonomi Digital Negara, Simak Penjelasan Ini!

Moch Prima Fauzi - detikInet
Senin, 24 Mar 2025 12:10 WIB
Foto: Shutterstock
Jakarta -

Industri telekomunikasi dapat menjadi faktor enabler dalam menciptakan pertumbuhan sekaligus pemerataan ekonomi, pemberdayaan di berbagai bidang, serta peningkatan jangkauan dan kualitas layanan publik. Salah satunya melalui penerapan jaringan 5G.

Di Indonesia jaringan 5G hadir secara komersil pada 2021 lalu. Mengutip Komdigi, jaringan 5G perdana berbasis teknologi IMT-2020 (International Mobile Telecommunications-2020) pada pita frekuensi 2.300 MHz atau 2,3 GHz. Sayangnya hingga saat ini cakupannya masih sebatas di kota-kota besar.

Jika dibandingkan Singapura, penyebaran jaringan 5G di Indonesia cukup tertinggal. Data OpenSignal pada 2024, tingkat 5G Availability di Indonesia baru 1,5% dengan skor 5G Coverage Experience 0,1 sedangkan Singapura mencapai 35,9% dengan skor 5G Coverage Experience 9.0.

Soal kecepatan unduh, Indonesia juga tertinggal jauh dengan Singapura. OpenSignal mengungkap kecepatan unduh jaringan 5G di Tanah Air sebesar 54,6 Mbps. Sementara Singapura mencapai 285 Mbps.

Dikutip dari Kementerian Pembangunan dan Informasi Digital Singapura, kontribusi ekonomi digital sebesar $106 miliar atau 17% dari Produk Domestik Bruto (PDB) Singapura pada tahun 2022, meningkat dari 13% pada tahun 2017. Hal ini menandai bahwa jaringan internet cepat telah mendukung pertumbuhan ekonomi Singapura.

Salah satu contohnya adalah pemanfaatan jaringan 5G di pelabuhan. Melalui operator selular Singtel yang berkolaborasi dengan Ericsson, Singapura memanfaatkan konektivitas canggih 5G di Pelabuhan Tuas. Jaringan 5G digunakan untuk mendukung rencana perusahaan peti kemas Singapura PSA dalam membangun pelabuhan otomatis sepenuhnya dan terbesar di dunia kisaran tahun 2040. Hal ini guna memenuhi permintaan transshipment global yang meningkat pesat.

Selama tiga tahun ke depan, PSA juga akan mengeksplorasi aplikasi 5G di berbagai bidang seperti pemeliharaan prediktif yang melibatkan pengawasan berbasis drone dan aplikasi realitas yang diperluas untuk mendeteksi potensi masalah lebih awal dan mencegah kegagalan peralatan. Hal ini dapat meningkatkan efisiensi dan mengurangi waktu henti yang mahal.

Hingga Oktober 2024, PSA Singapura telah menangani 34,1 juta kargo-salah satu yang tersibuk di dunia. Mulai tahun 2025, dengan dukungan jaringan 5G Singtel, AGV tanpa pengemudi milik PSA akan mampu mengangkut kontainer secara mandiri, sehingga mengoptimalkan operasi lapangan dan mengurangi biaya tenaga kerja.

Jaringan 5G akan menjadi pendorong bagi PSA untuk mencapai kapasitas penanganan tahunan sebesar 65 juta TEUs (twenty-foot equivalent units), hampir dua kali lipat dari permintaan saat ini, ketika Pelabuhan Tuas rampung sepenuhnya.

Monetisasi 5G

Salah satu kelebihan 5G yang utama adalah monetisasi yang akan dirasakan langsung oleh operator dan pebisnis. Monetisasi 5G tidak hanya sebatas menjual konektivitas, tetapi juga membuka peluang baru bagi operator dan pelaku bisnis untuk mengoptimalkan operasional, mengurangi biaya, serta meningkatkan efisiensi.

Dengan kecepatan tinggi dan latensi rendah, 5G memungkinkan penggunaan teknologi seperti automated guided vehicles (AGVs) dan robot otonom di pabrik maupun gudang, yang dapat dikendalikan secara real-time melalui jaringan 5G. Pemanfaatan teknologi ini tidak hanya mengurangi risiko human error, tetapi juga meningkatkan produktivitas dan efisiensi operasional secara signifikan.

Untuk memenuhi kebutuhan bisnis yang terus berkembang dan bekerja sama dengan berbagai mitra serta model bisnis baru, diperlukan sistem yang lebih akurat. Hal ini penting agar transaksi antar perusahaan dan mitra dalam rantai bisnis berjalan lancar, terutama dalam penggunaan 5G untuk perusahaan.

Publikasi terbaru dari Ericsson (NASDAQ: ERIC) dalam laporan Mobility Report yang berfokus pada monetisasi 5G, mengidentifikasi empat area peluang yang dimanfaatkan oleh penyedia layanan komunikasi di seluruh dunia untuk mendorong pertumbuhan bisnis.

Laporan yang diberi nama Business Review 2024 ini merupakan edisi khusus kedua dari Ericsson Mobility Report yang telah ada sebelumnya. Di dalamnya, dibahas bagaimana penyedia layanan komunikasi (CSP) berkembang atau berupaya berkembang dalam hal penawaran layanan, pemanfaatan peluang pendapatan baru, serta transformasi bisnis mereka.

Ericsson Mobility Report Business Review 2024 menunjukkan bahwa penyedia layman komunikasi di seluruh dunia saat ini menawarkan atau mengeksplor layman dan model go-to- market ke berbagai tingkat keterlibatan dan kematangan di empat area.

Keempat area tersebut adalah:

1. Enhanced Mobile Broadband (eMBB): teknologi ini menghadirkan transmisi data dengan kecepatan yang jauh lebih tinggi dengan versi yang lebih unggul dan efisien dari broadband seluler 4G.

eMBB dapat menjadikan operasi jaringan lebih efisien dengan kapasitas hingga 10 kali lebih banyak. Sehingga meningkatkan efisiensi energi lebih dari 30 persen dibandingkan dengan 4G.

2. Peluang Fixed Wireless Access (FWA) dan Wireless WAN: Layanan broadband nirkabel berkecepatan tinggi ini menargetkan segmen perumahan dan bisnis, membuka berbagai peluang bagi penyedia layanan dengan rata-rata pendapatan per pengguna (ARPU) yang lebih tinggi dibandingkan broadband seluler konvensional. Menurut laporan ini, Fixed Wireless Access (FWA) menyumbang sekitar 20-25 persen dari pertumbuhan pendapatan saat ini.

3. Peluang solusi konektivitas yang berbeda: Termasuk di dalamnya adalah peluang untuk membangun jaringan privat bagi perusahaan atau memanfaatkan pembagian jaringan dari 5G Standalone (SA) publik guna menawarkan layanan yang lebih beragam bagi konsumen maupun bisnis. Perkembangan peluang ini semakin diperkuat oleh fakta bahwa secara global, lebih dari 40 penyedia layanan telah memulai penggelaran jaringan 5G Standalone (SA).

4. Mendorong inovasi dan pertumbuhan ekosistem: Salah satunya adalah jaringan yang dapat diprogram (jaringan API), yang membuka peluang baru bagi pengembang aplikasi untuk berinovasi dalam skala besar. API ini juga memberikan insentif finansial bagi penyedia layanan, berupa diskon sebesar 10-30 persen yang mereka peroleh saat membeli atau menyediakan langganan aplikasi dalam jumlah besar.




(akn/ega)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork