Biaya pembuatan Satelit Republik Indonesia atau Satria-1 meroket hingga Rp 1,3 triliun. Penyebabnya gara-gara perang Rusia-Ukraina.
Dirjen IKP Kominfo Usman Kansong mengungkap awalnya biaya investasi pembuatan satelit Satria-1 hanya USD 450 juta atau kisaran Rp 6,6 trillun. Kini nilainya menjadi USD 540 juta atau Rp 8 triliun.
Satelit Satria-1 dirakit di Thales Alenia Spaces, Prancis. Rampung dirakit, satelit tersebut perlu diangkut ke Florida menggunakan pesawat kargo Antonov, lantaran perang proses tersebut terhambat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mestinya diangkut antonov, karena perang dan mungkin karena rusak dan segala sesuatu yang berhubungan dengan Rusia nggak bisa masuk ke Amerika, jadi diangkut lewat darat sehingga memerlukan waktu, belum lagi harus dah harus dipotong-potong juga (bagian satelitnya)," ungkap Usman saat ditemui usai acara peluncuran Satelit Satria-1 di Kantor Kominfo, Jakarta, Selasa (13/6/2023).
"Jadi costnya meningkat, salah satunya karena transportasi pengangkutan," tegasnya.
Satria-1 dijadwalkan mengangkasa pada 19 Juni 2023 waktu Indonesia. Satelit ini akan dibawa oleh Roket Falcon 9 dari Cape Canaveral, Florida, AS menuju orbit 146 derajat Bujur Timur.
Pun diluncurkan pada pertengahan Juni, satelit Satria-1 baru akan beroperasi mulai awal tahun 2024. Ada sejumlah proses yang harus dilalui sebelum akhirnya dapat memancarkan sinyal internet.
"Kami membutuhkan 145 hari, maka dari itu dari peluncuran tanggal 19 Juni sampai di tempat Orbit November, kita akan tes satelitnya dulu dan kita tes seluruh sistemnya sehingga bisa dimanfaatkan kira-kira pada akhir bulan Desember ini dan sudah siap untuk dimanfaatkan layanannya pada Januari 2024," jelas Adi Rahman Adiwoso, Dirut PT Satelit Nusantara Tiga.
(afr/fyk)