Mengenal Satelit Satria-1 yang Mau Diluncurkan 17 Juni 2023
Hide Ads

Mengenal Satelit Satria-1 yang Mau Diluncurkan 17 Juni 2023

Agus Tri Haryanto - detikInet
Minggu, 11 Jun 2023 18:12 WIB
Jakarta -

Satelit Republik Indonesia atau Satelit Satria-1 akan meluncur pada 17 Juni 2023 di Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat. Satelit tersebut akan membantu pemerintah untuk menyediakan akses internet di Indonesia.

Satelit ini dirakit oleh Thales Alenia Space, sebuah perusahaan antariksa yang beroperasi di Prancis. Setelah jadi, satelit dikirim lewat jalur laut ke Amerika Serikat.

Jadwal peluncuran satelit Satria-1 itu telah dipastikan oleh Plt Menkominfo Mahfud Md saat rapat kerja bersama Komisi I DPR beberapa waktu lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

ADVERTISEMENT

"(Satelit Satria-1) akan diluncurkan 17 Juni ini dari Florida," ujar Mahfud.

Satelit pemerintah ini akan diluncurkan menggunakan roket Falcon 9 dari SpaceX milik Elon Musk untuk mencapai orbit 146 derajat Bujur Timur.

Setelah diluncurkan pada pertengahan Juni, satelit Satria-1 diperkirakan akan beroperasi pada Triluwan ke-IV pada tahun 2023 ini.

"Kehadiran teknologi digital memiliki peranan penting dalam upaya mewujudkan visi Indonesia maju 2045. Oleh karena itu, penguasaan teknologi digital menjadi salah satu aktor kunci dalam merealisasikan visi tersebut," kata Mahfud.

Satelit yang memiliki teknologi Very High Throughput Satellite (VHTS) ini punya tinggi sekitar 6,5 meter, bobot 4,5 ton, kapasitas 150 Gbps, dengan masa hidup sampai 15 tahun.

Satelit Satria-1Satelit Satria-1 Foto: Screenshot

Untuk mendukung pengoperasian satelit Satria-1, sebanyak 11 stasiun Bumi yang tersebar di seluruh Indonesia, mulai dibangun. Stasiun tersebut akan menjadi penghubung komunikasi antara satelit Satria-1 dan teknisi yang ada di Bumi. Lokasi stasiun Bumi ada di Batam, Cikarang, Banjarmasin, Tarakan, Pontianak, Kupang, Ambon, Manado, Manokwari, Timika, dan Jayapura.

Stasiun Bumi yang di Cikarang berperan sebagai stasiun pusat pengendali satelit primer, network operation control, dan gateway Satria yang merupakan satu kesatuan dari proyek nasional ini.

Stasiun Bumi ini akan berperan untuk mengendalikan dan mengawasi pergerakan satelit Satria-1, melakukan manajemen jaringan agar sesuai dengan standar kestabilan layanan, serta sarana komunikasi data antara satelit Satria-1 dengan Bumi.

Halaman berikutnya: Tender Satelit Satria-1 dan manfaat kegunaannya >>>

Adapun proyek strategis nasional tersebut dikerjakan oleh PT Satelit Nusantara Tiga (SNT), badan usaha swasta yang dibentuk Konsorsium PSN selaku pemenang tender, untuk mengoperasikan satelit pemerintah.

Penyediaan proyek satelit ini menggunakan skema kerja sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU). Satelit dikerjakan oleh PT Satelit Nusantara Tiga (SNT), perusahaan yang dibentuk oleh pemenang tender yang terdiri dari PT Pintar Nusantara Sejahtera, PT Pasifik Satelit Nusantara, PT Dian Semesta Sentosa, dan PT Nusantara Satelit Sejahtera.

Adapun total kebutuhan pendanaan proyek satelit Satria-1 senilai USD 545 juta atau sekitar Rp 7,68 triliun. Nilai tersebut terdiri dari porsi ekuitas sebesar USD 114 juta dolar atau sekitar Rp 1,61 triliun, dan pinjaman USD 431 juta atau setara dengan Rp 6,07 triliun.

SNT selaku badan usaha swasta yang mengoperasikan satelit Satria-1 telah menggaet investor untuk pendanaan, yakni BPI France (Bank Kredit Ekspor Perancis) yang didukung oleh Banco Santander, HSBC Continental Europe, dan The Korea Development Bank (KDB), serta Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) dari China.

Pandemi COVID-19 yang sedang melanda, tidak menghalangi upaya peluncuran satelit Satria-1. Pemerintah benar-benar berharap Satria-1 bisa meluncur sesuai jadwal yang ditargetkan.

Saat diluncurkan nanti, Indonesia akan menjadi negara keempat di dunia setelah Amerika Serikat, Luksemburg, dan Kanada yang memiliki satelit internet berkecepatan tinggi. Satria akan menjadi satelit internet terbesar yang pernah dimiliki negara di Asia dengan kapasitas sebesar 150 Gbps.

Kapasitas itu, sangat mumpuni untuk menaungi layanan internet pada 150.000 titik (spot) di seluruh Nusantara yang belum tertangani Palapa Ring, yakni sebanyak 54.400 titik di Sumatra, diikuti Sulawesi (23.900 titik), Jawa (19.400 titik), Kalimantan (19.300 titik), Papua dan Maluku (18.500 titik), serta sebanyak 13.500 titik di Bali dan Nusa Tenggara.