Telkom Bicara Investasi ke Goto: Bukan Soal Capital Gain/Loss
Hide Ads

Telkom Bicara Investasi ke Goto: Bukan Soal Capital Gain/Loss

Agus Tri Haryanto - detikInet
Minggu, 15 Mei 2022 07:58 WIB
Telkomsel kembali menggelontorkan pendanaan ke kantong Gojek dengan jumlah besar. Secara total operator seluler ini menanam investasi sebanyak USD 450 juta atau setara Rp 6,3 triliun ke Gojek.
Foto: Telkomsel
Jakarta -

Telkom mengungkapkan investasi yang dikucurkan anak usahanya, Telkomsel ke kantong PT GoTo Gojek Tokopedia (GoTo) tidak semata-mata hanya mempertimbangkan aspek capital gain/loss.

Sebagai informasi, Telkomsel pertama kali menyuntik Gojek sebesar USD 150 juta pada November 2020. Kemudian kembali menggelontorkan USD 300 juta.

Disampaikan Senior Vice President, Corporate Communication & Investor Telkom, Ahmad Reza, mengenai investasi Telkomsel di Gojek, valuasi perusahaan bisa naik dan turun sesuai dengan kondisi capital market. Misalnya tahun lalu, kami mencatatkan unrealized gain atas investasi GoTo sebesar Rp 2,5 T.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

ADVERTISEMENT

"Namun investasi Telkomsel di GoTo tidak semata-mata hanya mempertimbangkan aspek capital gain/loss, melainkan aspek yang lebih besar luas lagi, yaitu sinergi upaya membangun ekosistem digital yang lebih besar," tutur Reza dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (14/5/2022).

Lebih lanjut, Reza mengatakan bahwa kolaborasi tersebut diciptakan bersama bersifat strategis, di mana saat ini pihaknya menghadirkan program khusus untuk mitra Gojek, easy onboarding merchant Mitra Gojek menjadi reseller Telkomsel, akses mudah untuk reseller melalui GoShop, dan fitur keamaman seperti number masking.

Adapun, merger Gojek-Tokopedia semakin memperkuat investasi Telkomsel di Gojek untuk menjadi solusi digital yang lengkap dengan nilai sinergi value yang cukup tinggi. Misalnya, Telkomsel memberikan solusi kepada pengemudi dan merchant Gojek untuk meningkatkan engagement melalui penggunaan layanan digital connectivity dan platform advertising Telkomsel.

"Dengan adanya program sinergi ini, kami berharap akan tercipta nilai tambah (value creation) yang berkelanjutan baik bagi Telkom, GoTo dan Indonesia di masa depan," ungkap Reza.

Telkomsel kembali menggelontorkan pendanaan ke kantong Gojek dengan jumlah besar. Secara total operator seluler ini menanam investasi sebanyak USD 450 juta atau setara Rp 6,3 triliun ke Gojek.Telkomsel kembali menggelontorkan pendanaan ke kantong Gojek dengan jumlah besar. Secara total operator seluler ini menanam investasi sebanyak USD 450 juta atau setara Rp 6,3 triliun ke Gojek. Foto: Telkomsel

Sementara itu, Analis Senior CSA Research Institute, Reza Priyambada mengatakan suntikan modal terhadap Gojek merupakan bagian dari strategi digitalisasi yang semakin gencar dilakukan anak-anak usaha Telkom

"Kalau kita lihat imbas positif, tentu tergantung strategi dan target aksi tersebut. Apakah transaksi itu hanya untuk portofolio, atau ada yang ingin dicapai Telkomsel? Misalnya mendapatkan pelanggan baru dari mitra-mitra Gojek yang menggunakan Simpati atau kartu Halo, ini bisa jadi sasaran," ujar Reza.

Pada akhir 2019 lalu jumlah mitra Gojek tercatat sebanyak 1,8 juta orang terdiri dari 600 ribu pengemudi GoCar dan 1,2 juta orang pengemudi Goride. Tambahan modal dari Telkomsel tersebut menurut Reza tentunya bisa digunakan untuk melakukan ekspansi layanan sehingga memberikan dampak positif bagi Telkomsel.

"Sementara bagi Telkom, kontribusi Telkomsel ini merupakan penyumbang konsolidasi paling besar. Sehingga harapannya dengan adanya tambahan pelanggan baru dari Gojek maka diharapkan pendapatan layanan dan konsolidasi akan berdampak positif," tambahnya.

Halaman selanjutnya: Strategi digitalisasi >>>

Aksi tersebut, dinilai juga oleh Senior Analis PT. MNC Sekuritas Victoria Venny sebagai langkah investasi di perusahaan digital yang sangat tepat. Sebab saat ini perusahaan besar seperti Telkomsel harus melakukan diversifikasi usahanya. Salah satu yang saat ini menarik adalah investasi di perusahaan digital.

Lanjut Venny, sebenarnya tak hanya Telkomsel saja yang melirik perusahaan digital. Saat ini perusahaan besar, baik itu lokal maupun internasional berlomba-lomba berinvestasi di perusahaan digital. Tercatat Group Djarum, ASTRA, EMTK, dan SEA Group juga sudah terlebih dahulu berinvestasi di perusahaan digital.

Bahkan baru-baru ini EMTK dan SEA Group juga menambah investasinya di beberapa perusahaan digital nasional. EMTK dan Telkomsel melakukan investasi di perusahaan digital karena melihat potensi ekonomi digital Indonesia yang masih bisa tumbuh.

"Potensi dana yang bisa diinvestasikan Telkomsel sangat besar. Saat ini Telkomsel merupakan perusahaan telekomunikasi yang memiliki cash terbaik di Indonesia. Jika mereka hanya berinvestasi di infrastruktur telekomunikasi, maka potensi pertumbuhannya sudah bisa diukur. Pertumbuhan perusahaan yang sudah mature paling besar hanya 5%. Namun berbeda ketika mereka berinvestasi di perusahaan digital. Potensi pertumbuhan rintisan ini bisa eksponensial," ucap Venny.

Di tahun 2020, strategi digitalisasi terbukti berhasil membuat Telkom membukukan pendapatan konsolidasi sebesar Rp 136,46 triliun. Angka ini tumbuh sebesar 0,7% jika dibandingkan tahun 2019.

Selain itu laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) perseroan tahun 2020 tercatat sejumlah Rp 72,08 triliun dengan laba bersih Rp 20,80 triliun. Di mana masing-masing tumbuh sebesar 11,2 persen dan 11,5% dibandingkan tahun 2019.

Analis Mandiri Sekuritas Kresna Hutabarat dan Henry Tedja dalam risetnya menyatakan kinerja Telkom sepanjang tahun lalu lebih baik dibandingkan ekspektasi mereka.

Keduanya juga menyebut Telkom memiliki arus kas dan neraca keuangan yang sehat sepanjang 2020. Kondisi yang menurut mereka memberikan angin segar bagi investor dari sisi pembagian dividen.



Simak Video "Video: Grab dan Danantara Buka Suara soal Isu Investasi ke GOTO"
[Gambas:Video 20detik]