Indosat Ooredoo dan Hutchison 3 Indonesia (Tri) mundur dari lelang frekuensi 2,3 GHz di rentang 2360-2390 MHz. Apakah kedua operator seluler tersebut pamit duluan dari tender spektrum untuk fokus ke merger?
Sebagai informasi, Ooredoo dan CK Hutchison Holdings Limited (CK Hutchison) menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) secara eksklusif untuk potensi menggabungkan bisnis telekomunikasi antara Indosat Ooredoo dan Tri Indonesia.
MoU tersebut ditandatangani akhir Desember 2020 dan berakhir hingga 30 April 2021. Selama periode eksklusif MoU tersebut, Indosat dan Tri dilarang menjalin kerja sama dengan operator seluler lain.
"Bisa jadi, mereka berharap setelah merger spektrum mereka bisa digabung," ujar Sekjen Pusat Kajian Kebijakan dan Regulasi Telekomunikasi Institut Teknologi Bandung (ITB) Muhammad Ridwan Effendi.
Sebab, dengan melepas persaingan memperebutkan blok kosong di lelang frekuensi 2,3 GHz, Ridwan melihat operator seluler bisa berhemat, meskipun di satu sisi frekuensi dibutuhkan untuk memperkuat layanan.
Saat ditanya dugaan tersebut ke Indosat dan Tri, kedua operator seluler yang sedang pendekatan untuk merger ini mengatakan pernyataan yang berbeda.
"Tidak ada hubungannya. Hal ini lebih ke fokus bisnis dan melihat kebutuhan pengguna saat ini," kata SVP-Head of Corporate Communications Indosat Ooredoo Steve Saerang.
Sementara itu, Wakil Presiden Direktur Tri Indonesia M. Danny Buldansyah mengungkapkan, keputusan untuk mundur dari lelang frekuensi 2,3 GHz ini sudah berdasarkan diskusi dengan seluruh pemangku kepentingan perusahaan, baik di Hutchison Group maupun Tri Indonesia.
"Selain itu, perusahaan juga sedang fokus dalam proses konsolidasi dan terus berkomitmen menyediakan produk dan layanan terbaik bagi pelanggan," pungkasnya.
Simak Video "Kantor Penyanyi Tri Suaka Dibobol Eks Karyawan"
[Gambas:Video 20detik]
(agt/rns)