Kelahiran 5G
Awal tahun 2000-an, periset mulai merasakan 3G dan bahkan 4G tidak akan mendukung teknologi telekomunikasi masa depan. Maka mulai dipikirkan pengembangan jaringan 5G dengan koneksi jauh lebih ngebut.
Tahun 2012, studi 5G sudah dilakukan di negara seperti Jepang, Amerika Serikat dan Inggris. Tahun 2014, perusahaan seperti Samsung dan Huawei memulai riset 5G. Hingga akhirnya pada tahun 2017, 77 operator di 49 negara telah melakukan trial jaringan generasi baru ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berlanjut setahun kemudian, beberapa negara mulai meluncurkan jaringan 5G secara terbatas di lokasi tertentu. Korea Selatan pun meluncurkan trial 5G pada Olimpiade Musim Dingin 2018. Hingga akhirnya negeri ginseng ini menjadi negara pertama yang mengkomersialkan 5G di 2019.
Pada saat inu, 5G sudah tersedia secara terbatas di sekitar 34 negara dan tentu akan semakin meluas. Terlebih beberapa vendor besar telah meluncurkan smartphone 5G dan lambat laun banderolnya kian terjangkau.
Manfaat jaringan super cepat ini pun segudang. Pada 8 Januari 2019 misalnya, seorang ahli bedah di Fujian, Cina, berhasil operasi pengangkatan hati hewan uji lab dengan lengan robotik yang berada sekitar 50 km jauhnya, alias secara remote. Dengan koneksi 5G cepat dan stabil, dokter mengeksekusi jalannya operasi.
Dengan headset VR standalone dipasarkan, web augmented reality (AR), dan virtual reality (VR) kemungkinan besar akan berpindah ke cloud daripada tetap menggunakan PC. Di sinilah 5G masuk, di mana koneksi amat cepat dengan latensi rendah membebaskan gamer dari keharusan menggunakan headset berkabel atau mual yang disebabkan masalah latensi.
Koneksi 5G juga memungkinkan mobil otonom untuk berinteraksi satu sama lain secara real time, terwujudnya mobil tanpa pengemudi semakin dekat dengan realisasi. Selamat datang, era 5G!