Pakar keamanan siber Alfons Tanujaya menyebutkan, nomor +100 bukan kode negara tertentu, melainkan caller ID yang sengaja dipalsukan.
"Nomor caller ID itu bisa dipalsukan. Kemungkinan menggunakan teknologi yang berkaitan dengan VoIP seperti Skype dan sejenisnya. Sengaja dibuat caller ID palsu supaya sulit dilacak," kata Alfons.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Misteri Nomor +100 yang Teror Tim IT KPU |
Meski pelaku kejahatan berupaya memalsukannya, Alfons menyebutkan bahwa nomor peneror itu tetap bisa dilacak.
"Kalau provider telkonya ya bisa melacak telepon berasal dari mana. Tapi kalau kanal yang dipakai kanal umum, operator VoIP akan ribet. Kalau sesama provider telko kan mudah terlacak. Kalau VoIP bisa dari mana saja di dunia dan providernya tidak terdaftar sebaik operator telekomunikasi," terang Alfons.
Sebelumnya diberitakan, pasca Pilkada serentak yang berlangsung kemarin (27/6/2018), Harry dibombardir misscall aneh. Tak hanya sekali, misscall tersebut berlangsung hingga ratusan.
Menurut Harry, teror misscall ini rata-rata menggunakan nomor dengan awalan +100, di mana angka tersebut belum diketahui kode negara mana.
Harry pun langsung memutuskan untuk mematikan SIM card miliknya dan menggunakan koneksi internet melalui WiFi untuk berkomunikasi.
Menurut penuturan Harry, bukan hanya dia yang mendapatkan teror misscall aneh seperti ini. Diungkapkan dia, hampir semua personil tim IT KPU mendapatkan kejadian serupa yang dialaminya.
"Nyaris semua personil tim IT KPU kena bombardir dan usaha hacking Telegram ini," sebutnya.
Baca juga: Teror ke Tim IT KPU Mirip Serangan DDoS |
Teror misscall yang menyasar Herry terjadi pada Rabu malam sekitar pukul 24.00 WIB. Ketika itu, ada SMS masuk ke ponselnya. Isinya berupa kode otentikasi yang biasa digunakan untuk login ke sebuah layanan.
Saat dicek, menurut Harry, ada hacker via Singapura yang baru saja masuk ke akun Telegram miliknya. Herry pun langsung memutuskan koneksi. Alhasil, usaha peretasan ke akun Telegram ini tidak berhasil karena dirinya mengaktifkan fitur TFA di Telegram. (rns/rns)