President Ericsson Indonesia Jerry Soper yang dijumpai detikINET saat mampir di hall 2 ajang MWC, juga ikut bicara soal lanjutan dari jaringan 4G saat ini. Tentunya tentang peluang dan tantangannya.
Peluangnya, dari sisi operator tentu saja peningkatan margin keuntungan dari layanan data. Sementara dari sisi pelanggan, benefit yang bisa dirasakan adalah koneksi yang semakin ngebut dalam genggaman kita.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Tapi yang jadi tantangan di Indonesia, ada di masalah spektrum. Itu yang musti cepat-cepat dicari solusinya oleh pemerintah. 5G ini sebenarnya bisa di mana saja. Di spektrum rendah seperti 700 MHz bisa, di spektrum tinggi tempat broadband satelit di 2,5 GHz atau 2,6 GHz juga bisa. Teknologinya sudah siap," kata Jerry
Nah, yang jadi masalah, di spektrum 700 MHz yang punya lebar pita 112 MHz, misalnya, itu masih dipakai oleh penyelenggara siaran TV terestrial yang belum beralih ke siaran digital. Sehingga, spektrum yang dimaksud masih belum bisa dialihkan dan dimaksimalkan untuk koneksi mobile broadband.
Sementara di 2,5 GHz, frekuensi selebar 150 MHz itu ditempati oleh penyelenggara TV berbayar Indovision milik grup MNC. Banyak yang mempertanyakan efektivitas spektrum ini, mengingat dari sisi pengguna dan PNBP dari BHP frekuensinya bisa lebih optimal jika dialokasikan ke operator seluler.
Namun kembali lagi, Jerry menyerahkan kebijakannya kepada pemerintah, dalam hal ini Kementerian Kominfo. Pasalnya, dalam waktu dekat, 5G sudah pasti akan diadopsi.
Paling Cepat 2021
Jaringan internet cepat 5G, berdasarkan hitung-hitungan proyeksi Ericsson, memiliki potensi untuk menghasilkan pendapatan tambahan sebesar 30% atau USD 6 miliar untuk operator Indonesia di 2026 nanti setelah dikomersialisasikan paling cepat 2021.
Secara global, Ericsson juga memprediksi akan ada satu miliar pelanggan 5G untuk peningkatan mobile broadband pada 2023. Dengan harapan untuk diluncurkan pertama kali di daerah kota padat 5G akan mencakup 20% populasi dunia di akhir 2023.
![]() |
Pemanfaatan 5G sendiri, menurut Ericsson akan jauh lebih bervariasi. Mulai dari koneksi untuk otomatisasi mesin pabrikan melalui Internet of Things atau IoT, implementasi surveillance melalui pantauan virtual reality, hingga pemanfaatan fitur augmented reality yang lebih beragam.
"5G akan memberikan nilai tambah yang lebih untuk kita semua. Baik dari sisi operator, pelanggan, dan juga ekosistem industrinya," pungkas Jerry yang baru memimpin Ericsson di Indonesia sejak September 2017 lalu.
(rou/fyk)