Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network
detikInet
Menanti Gebrakan Duet Raksasa di Bawah Kendali Erik Meijer

Menanti Gebrakan Duet Raksasa di Bawah Kendali Erik Meijer


Achmad Rouzni Noor II - detikInet

CEO TelkomTelstra Erik Meijer (Foto: detikINET/Achmad Rouzni Noor II)
Jakarta - Kiprah TelkomTelstra memang baru seumur jagung. Tapi kompetitor mana yang tidak ngeri jika melihat dua kekuatan raksasa yang ada di belakangnya: Telkom Group sang penguasa bisnis telekomunikasi di Indonesia, dan Telstra Corp yang jadi rajanya telco managed solutions di Australia.

Keduanya memang jadi penguasa di negaranya masing-masing. Namun mereka tak pernah puas. Melihat ada potensi pasar yang besar di bisnis Network Application Solution (NAS) yang belum tergarap maksimal, keduanya pun sepakat untuk berkongsi demi merebut 50% pangsa pasar dalam lima tahun mendatang yang nilai pasarnya bisa mencapai Rp 500 triliun.

Alhasil, kedua raksasa ini pun sepakat membentuk perusahaan patungan atau joint venture pada Mei 2015 lalu dengan setoran modal awal USD 10 juta. Meskipun Telkom menjadi mayoritas dengan kepemilikan 51%, namun tampuk pimpinan masih dikuasai oleh geng Telstra -- yang minim pengetahuan tentang Indonesia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Untungnya, kondisi itu hanya berlangsung sementara. Dari hasil kompromi keduanya, akhirnya keluar kata sepakat. Mereka perlu pimpinan baru, yang sesuai dengan gaya Telstra, namun harus sangat mengerti pasar Indonesia. Kebutuhan itu pun akhirnya terjawab pada 1 Desember 2015 lalu.

Di hari itu, posisi President Director & CEO TelkomTelstra resmi berpindah tangan dari Philip Sporton ke Erik Meijer. Di industri telekomunikasi Indonesia, hampir tidak ada yang tidak mengenal nama Erik saat berkiprah di Telkomsel, Bakrie Telecom, dan terakhir Indosat Ooredoo. Namun kemampuan Erik memimpin bisnis korporasi sempat dipertanyakan.

Memang tak ada yang meragukan kemampuan suami dari Maudy Koesnaedi ini jika bicara soal marketing activity di bisnis retail seluler. Tapi kalau bicara mengenai bisnis managed service, cloud, unified communication, integrated service management, dan sejenisnya, pengalaman Erik memang belum teruji.

"Saya di sini baru tiga bulan dan masih terus belajar. Tantangannya memang lebih besar ketimbang cuma jualan voice dan SMS di bisnis seluler, karena tidak semua orang paham apa itu cloud dan managed service. Perlu edukasi dan proses yang panjang," tuturnya saat ditemui di kantor TelkomTelstra, Tower 88 Kasablanka, Jakarta, Jumat (11/3/2016).

Tantangan yang harus diemban Erik pun makin berat, karena sejauh ini, TelkomTelstra baru memiliki 10 pelanggan korporasi di tahun pertamanya. Masih jauh dari target yang semula diharapkan Telkom, yakni melayani sekitar 30 perusahaan korporasi demi mengepul duit sekitar Rp 50 miliar hingga Rp 100 miliar.

Meski demikian, ayah dari Eddy Malik Meijer ini tetap optimistis. Ia yakin, dengan kekuatan dua raksasa yang ada di belakangnya, target yang semula dicanangkan pasti terwujud jika mengingat ada 60 perusahaan enterprise asal Australia yang berbisnis di Indonesia.

Belum lagi jika ditambah dengan perusahaaan kelas menengahnya. Total bisa dibilang ada 240 perusahaan asal negeri Kangguru itu di negeri ini. Belum lagi perusahaan multinasional lainnya di Indonesia. Artinya, soal target, itu tinggal masalah waktu saja. Apalagi kata dia, solusi yang jadi andalan TelkomTelstra pun terus diperkuat.

"Setelah managed services, Senin depan kami akan meluncurkan layanan private cloud. Berdasarkan riset Gartner, potensi pasar cloud di Indonesia terus meningkat. Dari sekitar USD 287 juta, diproyeksikan meningkat jadi USD 430 juta di 2018. Kami sangat optimistis karena memiliki portfolio dan infrastruktur terlengkap dibanding sistem integrator lainnya," pungkas Erik.

Well, kita tunggu saja gebrakannya. Good luck, Erik! (rou/ash)
TAGS







Hide Ads