Lembaga Keuangan jadi Incaran Serangan Siber

Anggoro Suryo - detikInet
Sabtu, 27 Agu 2022 17:15 WIB
Foto: DW (News)
Jakarta -

Industri di sektor keuangan dan perbankan menjadi industri terbanyak kedua yang mendapat serangan siber di Indonesia, naik dari posisi ke-3 pada 2021 lalu.

Hal ini diungkap oleh Check Point, penyedia solusi keamanan siber global. Mereka menyebut, rata-rata lembaga keuangan di Indonesia mendapat serangan 2.730 kali per minggu dalam enam bulan terakhir.

Angka tersebut 252% lebih banyak dari rata-rata global yang mengalami 1.083 serangan siber. Secara global, sektor Keuangan dan Perbankan menempati urutan ke-6 dalam industri yang paling banyak mengalami serangan siber.

"Tingginya tingkat serangan siber di Indonesia dibandingkan dengan statistik global menunjukkan para penyerang keamanan siber lebih sukses melakukan serangan siber di negara ini. Ketika penyerang menemukan cara untuk mengelabui pengguna atau mengkompromikan sistem, mereka akan memperluas operasi mereka dengan cepat untuk memanfaatkan kerentanan sebelum industri tersebut dapat bereaksi," jelas Deon Oswari, Country Manager Indonesia, Check Point Software Technologies, dalam keterangan yang diterima detikINET.

"Untuk kasus di Indonesia, Check Point Research melihat adanya peningkatan serangan pada platform dan aplikasi mobile banking. Oleh karena itu, sangat penting bagi industri perbankan untuk waspada dan meninjau ulang sistem keamanan siber mereka. Semakin banyak Anda mengetahui tentang ancaman siber dan risiko di luar sana, semakin baik perusahaan perusahaan FSI tersebut menempati posisi untuk dapat mengambil tindakan dan menerapkan kontrol," tambahnya.

Pada awal tahun ini, Bank Sentral Indonesia mengumumkan bahwa jaringan mereka terkena serangan ransomware. Pelaku ancaman mencuri data non-kritis mengenai karyawan bank sebelum mengenkripsi sistem. Kelompok hacker terkenal, Conti Ransomware telah mengklaim serangan tersebut setelah membocorkan sebagian dari file yang diduga telah dicuri.

Agar ransomware bekerja, penjahat siber pertama-tama harus mendapatkan akses ke sistem target, mengenkripsi file, dan kemudian meminta tebusan dari korban. Salah satu cara untuk menyusup ke sistem adalah melalui email phishing - salah satu mekanisme pengiriman paling umum untuk ransomware.

Faktanya, Check Point Research menemukan bahwa 92% file berbahaya di Indonesia dikirim melalui email dalam 30 hari terakhir. Yang diperlukan penjahat siber dalam menyerang, hanyalah satu karyawan yang kurang memiliki informasi mengklik tautan di email berbahaya tersebut, dan hal itu dapat menjadikan seluruh asset digital perusahaan tersandera.

"Dalam iklim ransomware saat ini, serangan rantai pasokan dan perjuangan terus-menerus melawan malware baru yang terus berevolusi, threat intelligence dan kemampuan merespons secara cepat menjadi hal yang sangat penting," jelas Oswari.

"Kecerdasan komprehensif yang secara proaktif menyingkirkan ancaman, menyediakan layanan keamanan terkelola untuk memantau jaringan Anda, dan kemampuan respons insiden untuk merespons dan menghentikan serangan siber dengan cepat, semua hal tersebut menjadi penting untuk menjaga bisnis Anda tetap berjalan di tahun 2022 ini," tambahnya.

Berikut adalah panduan mengamankan bisnis dari serangan siber, ada di halaman berikutnya



Simak Video "Video: Japan Airlines Diserang Hacker, Penerbangan Terganggu"

(asj/asj)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork